Minggu, 09 Februari 2014

BENDERA TERAKHIR (Rises)


BAB I : Prolog

"Ting tong", suara bel memecah keheningan pagi di rumah Rian Permana.
"Sayang ada tamu datang, mungkin itu tamu untuk acara ulang tahun kamu hari ini", teriak Eva kekasih Rian yang sedang sibuk di dapur bersama ibunya.
"Sebentar sayang, berita pagi ini tentang penghargaan nobel yang diselenggarakan di Swedia tahun ini".
"Aduh kamu itu ya", gerutu Eva.
"Sudah kamu saja yang buka pintunya, kamu kan tau Rian kalo sudah menemui sesuatu tentang sains", bela ibunya Rian.
"Oke calon mertua. Hehe", jawab Eva dan segera berlari menuju pintu depan.
"Selamat pagi, benar ini rumah Rian Permana ? Saya dari Pos Indonesia datang membawa surat untuk beliau. Silahkan tanda tangan disini untuk serah terima". Sapa pak pos tersebut sambil menyodorkan tanda terima kepada Eva.
"Tanda tangan disini ya pak ? Oke sudah, apa ada yang perlu saya bayar ?" tanya Eva kepada pak pos tersebut.
"Tidak ada, ini suratnya dan saya pamit. Selamat pagi". Eva-pun menutup pintu dan kembali masuk untuk memberikan surat tersebut kepada Rian.
"Kelihatannya surat ini formal karena banyak segel yang dibubuhi di surat ini, ada stempel rahasia juga. Mungkin tawaran untuk menjadi dosen lagi. Sayang ada surat datang buat kamu"
"Dari universitas mana sayang ?" "ngga tau, tapi sih ada gambar garuda pancasila gitu di amplopnya. Terus banyak segelnya juga, ada stempel rahasia lagi"
"Coba sini aku lihat". Raut wajah Rian berubah seketika saat melihat lambang pada amplop tersebut.
"Sayang kalo ada perlu sama aku, aku ada di ruang kerja aku ya ? Kamu masak yang enak terus yang akrab sama calon mertua. I love you". Rian mencium pipi Eva dan bergegas menuju ruang kerjanya.
"Apa mungkin surat ini datang dari Istana Kepresidenan ? Logo ini jelas melambangkan Istana. Aku tidak akan tau sebelum membuka surat ini", Rian mulai membuka segel pertama surat itu, tetapi kelihatannya masih ada beberapa segel lagi sebelum dia dapat membaca surat itu. Saat dia akan membuka segel kedua, segel itu terlihat seperti puzzle yang masih berantakan.
"Apa puzzle ? Aku selalu bisa menyelesaikan permainan ini kurang dari 2 menit"
Setelah Rian menyelesaikan puzzle tersebut, terbentuklah sebuah pertanyaan yang menjadi segel ketiga bertuliskan "PANCASILA".
"Pancasila ? Ada apa dengan Pancasila ?  Kalau ini tentang persatuan, pasti jawabannya ini 17081945"
Lagi-lagi Rian berhasi membuka segel ketiga dengan mudah. Segel keempat mucul bertuliskan, "Apa kesempatan emas yang didapatkan Indonesia". Rian terdiam dan mengerutkan kening.
"Pertanyaan ini pasti berkaitan dengan militer, kesempatannya adalah Perjanjian Linggarjati".
Akhirnya terbuka semua segel yang ada di amplop tersebut.
"Sepertinya benar surat ini datang dari Istana, segel pertama saja mungkin tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat oleh orang biasa. Baiklah aku siap untuk surat ini".

Bab II : Surat

"Tulisan tangan ? Hanya 1001 surat dari Istana ditulis dengan tulisan tangan, apa sebenarnya isi surat ini ? Apakah semendesak itu-kah surat ini ? Ada apakah denganku sampai menerima surat spesial ini ?  Apa mungkin ada sebuah tugas yang diberikan kepadaku ?"
"Selamat pagi ananda Rian Permana putra kebanggaan Indonesia dari Pulau Dewata. Bersama dengan datangnya surat ini, saya sebagai Presiden Republik Indonesia mewakili seluruh rakyat Indonesia ingin menyampaikan rasa bangga kami terhadap ananda yang telah ditetapkan sebagai sarjana S3 termuda di dunia dengan usia 23 tahun.
Dengan datangnya surat ini pula, saya ingin membagi sebagian keluh kesah saya sebagai Presiden. Setelah menggelar rapat rahasia di Papua Nugini pada pertengahan okteber lalu yang dihadiri beberapa Presiden dari negara Rusia, Kanada Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Thailand, Vietnam, Philipina, Mesir dan Negara dari Liga Arab. Hasil dari rapat tersebut selalu menghantui saya setiap detik. Bagaimana tidak, rapat tersebut mendiskusikan tentang masalah kudeta yang akan dilancarkan oleh Sekutu yang akan dibantu oleh Israel. Hal tersebut dilaporkan langsung oleh badan intelijen dari Rusia yang sekarang sudah dieksekusi mati oleh Amerika. Laporan tersebut berisikan tentang rencana Sekutu dan Israel yang ingin menjatuhkan bom atom nuklir tepat di jantung kota Moscow. Hal itu akan sangat berakibat fatal karena bom atom rancangan Israel tersebut mempunyai daya ledak 1000 kali lipat ledakannya dari ledakan atom di Jepang pada tahun 1945 lalu. Hal itu akan berdampak besar pada seperempat bagian bumi karena dampak radiasi nuklir bom tersebut. Sekutu ingin mengulang kejayaannya seperti saat dia berhasil membuat Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Landasan dari serangan ini adalah sama, mereka ingin memonopli dunia dagang yang sedang didominasi Cina saat ini. Hal ini diperburuk karena ada agen intelejen Sekutu yang dikirim ke tiap Negara yang mereka anggap kuat untuk menyamar sebagai warga Negara yang ingin mengikuti PEMILU Presiden mandatang. Apabila rencana awal mereka berhasil, rencana mereka selanjutnya akan sangat mudah direalisasi seperti membalikan telapak tangan. Semua tamu yang turut hadir pada rapat tersebut sudah bersiap dengan semua pasukan militer yang mereka punya, tapi hal itu sepertinya tidak akan berarti karena kami semua tidak mengetahui dimana tempat merakit bom atom tersebut. Untuk itu, saya pribadi akan merasa berdosa jika hal mengerikan tersebut terjadi dan menimpa seluruh rakyat Indonesia. Karena kejadian mengerikan tersebut tidak akan bisa dikalahkan hanya dengan sebuah bambu runcing. Untuk itu saya sebagai Presiden ingin meminta tolong kepada ananda Rian untuk membantu pertahanan kami dengan cara membuatkan sebuah sistem pertahanan berdasarkan teori tentang distoleransi nuklir yang ananda temukan, praktekkan, dan pertanggungjawabakan didepan mata dunia. Karena mungkin jika dikombinasikan dengan sesuatu akan menjadi sistem pertahanan yang cukup kuat untuk melindungi semua saudara kita di tanah air ini.
Jika ananda bersedia untuk datang ke Istana, pesawat jet pribadi sudah menunggu ananda di Bandara I Gusti Ngurah Rai sejak pagi hari ini dan akan kembali ke Jakarta 2 hari mendatang.
Kami mempunyai beberapa kode untuk menyembuyikan identitas ananda Rian dari media massa apabila ananda Rian sudah berada di bandara, ananda Rian harus bertemu dengan kepala satuan pengamanan bandara dan menyebutkan kalimat ini "Tut Wuri Handayani". Dengan menyebutkan kode tersebut ananda Rian akan segera diantarkan menuju hanggar tempat jet tersebut menunggu. Nanti didalam pesawat akan ada secarik kertas bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika". Kode tersebut harus ananda gunakan pada saat bertemu dengan agen kami yang akan membawa ananda menuju hotel pada saat mendarat di Cengkareng nanti. Kemudian pada malam harinya akan ada agen kami yang berbeda datang untuk menjemput ananda Rian menuju bandara militer Halim Perdanakusuma dan langsung lepas landas menuju tempat dimana kita akan mengadakan pertemuan tersebut secara tertutup di Pulau Timor. Sebelum waktu pertemuan itu tiba, ananda Rian diperkenankan untuk melakukan kegiatan bebas.
Demikian surat ini saya tulis, semoga tidak mengganggu kehangatan pagi ananda Rian. Saya berharap ananda Rian bersedia untuk memenuhi panggilan ibu pertiwi dan tidak terbebankan akan surat ini. Saya minta rahasiakan surat ini dari warga sipil, karena akan memperkeruh keadaan.
Selamat ulang tahun ananda Rian Permana
Salam hangat,
Rian terdiam setelah membaca surat tersebut. Beberapa saat kemudian Rian berjalan menuju balkon yang ada di lab pribadinya. Dia terlihat begitu menikmati keindahan alam Dewata dari balkonnya itu.
"Aku tidak habis fikir, kenapa bisa mereka berfikir untuk tega menghancurkan semua keindahan dan kedamaian ini. Coba lihat semua ini terlihat begitu menenagkan. Tapi sebentar lagi akan ada radiasi nuklir yang berbahaya itu datang untuk menginvasi atmosfir bumi ini". Kata Rian mengutarakan apa yang ada difikirkannya saat itu.
Jelang beberapa saat, Eva memanggil Rian untuk mengetahui apa yang sedang Rian lakukan di ruang kerjanya itu.
"Sayang apa yang sedang kamu lakukan di balkon itu ?"
"Tidak ada, aku hanya rindu akan semua keindahan ini", jawab Rian.
Eva datang menghampiri Rian untuk memeluknya dan berkata.
"Sudah hampir 4 tahun aku ada disamping kamu dan aku cukup tahu semua kebiasaan kamu sayang. Setiap kamu berdiri di balkon ini, pasti ada yang sedang mengganggu fikiran kamu. Kamu tidak akan pernah bisa menyembunyikan sesuatu dari aku calon istrimu ini"
"Benar sayang kamu memang hebat bisa menyadari kebiasaanku ini. Jujur, ini semua tentang surat itu sayang". Rian menjawab pernyataan Eva barusan sambil membalas memeluk Eva.
"Ada apa dengan surat itu ?" tanya Eva dan melepaskan pelukannya.
"Surat itu datang dari Istana Kepresidenan. Untuk lebih jelasnya kamu aku perbolehkan untuk membaca surat itu".
Eva mulai menghampiri meja kerja Rian sekaligus tempat dimana surat itu diletakkan kemudian Eva mulai membaca surat tersebut.

BAB III : Keputusan

Eva tersentak saat selesai membaca surat tersebut dan wajahnya memerah karena akan menagis lalu berkata,
"Bagaimana kalau serangan udara itu terjadi ? Bagaimana dengan pernikahan kita ? Apakah kita harus berpisah untuk selamanya ?"
"Jangan teriak seperti itu sayang, aku-pun tidak ingin berpisah dengan kamu. Lagipula jika aku tidak pergi, semua perkataan Presiden itu benar semua. Lawan kita tidak dapat disentuh tapi bisa membunuh kita dengan sekejap. Mungkin lawan kita adalah sebuah ledakan besar yang langsung membunuh kita semua, tapi parahnya lagi mungkin itu akan berupa radiasi yang siap menyiksa kita dengan perlahan-lahan". Jawab Rian.
Kemudian Eva kembali berargumen dan Rian memotong pembicaraan itu.
"Ta.. Tapi bagaimana kalau..."
"Ssstt... Ayo ikut aku keluar, sudah lama aku tidak menikmati indahnya panorama alam Denpasar".
Rian menarik tangan Eva untuk mengajaknya pergi. Terlihat Eva mulai menangis dan Rian mencoba menenangkannya dengan sebuah pelukan hangat dan berkata.
"Aku tidak akan gagal kecuali Tuhan menghendaki aku untuk gagal. Aku akan berhasil seperti aku berhasil memenangkan hati kamu sayang"
Eva menjawab dengan perkataan yang terputus karena isak tangisnya.
"Tapi ini tidak akan semudah itu sayang, jangan meremehkan ancaman perang ini. Kamu bisa terbunuh sebelum perang itu terjadi"
Rian kembali menenangkan hati Eva dengan kalimat sederhana.
"Aku akan kembali untuk kamu dan untuk calon anakku. Posisi kita sekarang sangat terpojok, Presiden sudah memilih aku untuk melakukan hal ini karena dia percaya bahwa aku mampu melindungi banyak orang termasuk kamu. Sekarang aku ingin melewati hari ini bersama kamu, dan aku minta kamu menginap disini nanti malam untuk mempersiapkan keperluanku selama aku pergi. Nah sekarang ayo kita berkeliling kota".
Saat mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan rumah, ibu Rian memanggil mereka untuk makan makanan yang dia buat.
"Kalian berdua mau kemana, mamah sudah masak enak untuk kalian berdua kalian malah mau pergi"
"Eva punya hadiah spesial untuk Rian mam, tapi hadiah itu ada di Pantai Kuta". Jawab Rian mencari alasan.
"Jujur ya, mamah jadi ingat dulu waktu masih pacaran sama ayah kamu deh. Tapi kenapa Eva matanya merah ? Kalian ribut lagi ?"
"Iya tuh Rian mam, tadi nolak ikut Eva, padahal Eva punya hadiah spesial untuk Rian", jawab Eva kepada ibu Rian.
"Ya sudah kalian pergi saja, tapi nanti jam makan siang kalian berdua pulang karena mamah sudah masak banyak makanan. Lagipula tamu kalian pasti sudah berkumpul", seru ibu Rian.
"Iya mam nanti kita pasti tepat waktu. Rian jalan ya mam hati-hati dirumah mam".
Akhirnya mereka pergi meninggalkan rumah mereka.
Mereka hanya terdiam pada saat tiba di Pantai Kuta, kemudian Eva kembali memulai pembicaraan.
"Aku sayang banget sama kamu Rian"
"Kenapa tiba-tiba seperti itu ?"
"Aku pasti akan berat menunggu kamu"
"Aku janji akan pulang sayang kamu jangan takut"
"Bagaimana kalau kamu tidak kembali ?"
"Kita semua akan mati. Jadi pasti aku akan pulang. Tunggu aku disini, aku pasti akan pulang"
"Janji ?"
"Aku janji. Jadi aku boleh pergi ?"
"Kamu boleh pergi dengan 1 syarat"
"Apa itu ?"
"Kamu harus pulang karena aku tunggu kamu disini"
"Aku akan pulang sayang"
Pada saat mereka kembali terdiam, ada seorang pria dengan rambut keriting afro mengucapkan 1 kalimat suara yang hampir tidak terdengar, "PANCASILA". Rian yang mendengar suara itu langsung menolehkan wajahnya ke arah pria itu.
"Rian Permana sang ahli distoleransi nuklir, pasti anda juga mendapat surat itu. Sungguh di luar dugaan bisa bertemu dengan anda di sini".
Tanpa diduga kalimat itu keluar dari mulut pria tersebut. Lalu pria tersebut juga mengajukan tangannya pertanda ingin berjabat tangan.
"Juga ? Apa anda juga mendapatkan surat itu ?"
"17081945, kita semua mendapatkan surat itu Pak Rian Permana". Sahut perempuan yang juga datang secara tiba-tiba.
"Sepertinya saya pernah melihat kalian, kalian pasti Tuan dan Nyonya Malik sang ahli rekayasa genetika tumbuhan itu ?". Rian langsung menjabat tangan mereka berdua dan memperkenalkan mereka kepada Eva.
"Sayang, mereka ini adalah Pak Malik dan Bu Malik"
"Eva", jawab Eva masih terlihat bingung.
"Pak Rian apa anda melihat pria yang sedang berselancar itu ?", tanya Pak Malik
"Dia juga mendapatkan surat itu. Dia adalah Tony Purnama"
"Apa dia Tony Purnama yang ahli membuat fatamorgana holografis itu ?", jawab Rian kaget. Lalu Ibu Malik menjawab
"Benar sekali, bahkan bumi ini bisa disembunyikan olehnya dengan teknologi hologram itu. Coba lihat anda ahli tolak nuklir, dia ahli sembunyi, kami ahli tumbuhan semuanya adalah orang yang dipersiapkan untuk bencana besar. Kami bisa merekayasa padi bisa panen dalam waktu 10 detik, tentu saja itu akan sangat diperlukan pada saat krisis pangan. Pada saat itu mungkin kita semua sedang bersembunyi dibalik hologram buatan Tony. Kenapa kita semua berada di tempat persembunyian ? Mungkin karena kamu gagal membuat nuklir itu gagal meledak Rian. Nasib kami semua ada dipundakmu, kami akan membantu anda selama kami mampu"
"Kami tunggu kedatangan anda besok pagi jam 9 di bandara I Gusti Ngurah Rai. Hey Tony ! Cukup bermain-mainnya, ada pekerjaan yang harus kita lakukan ! Kami pamit pulang Pak Rian Permana, sampai jumpa besok", tambah Pak Malik untuk menutup pembicaraan tersebut.
Mereka-pun pergi menyisakan tapak kaki di pasir pantai. Suasana ramai itu terasa hening untuk Rian dan Eva yang semakin kebingungan akan apa yang terjadi. Kemudian Rian menggambil sebuah ranting pohon yang terbawa ombak tepat didepan kakinya lalu menulis sesuatu di pasir pantai, "aku akan pulang". Tidak beberapa lama setelah ia menulis tulisan tersebut ada ombak datang menghapus tulisan tersebut kemudian Eva berkata,
"Apakah janji kamu akan terhapus seperti tulisan kamu yang terhapus barusan ?"
"Kamu tenang saja untuk menunggu aku, aku bersama orang hebat yang baru saja kamu lihat sendiri. Aku akan pulang seperti ikan salmon yang selalu pulang ke hulu sungai setiap akan reproduksi. Perjalanan panjang dan berat tetapi mereka tetap menjalaninya"
"Tapi ikan salmon akan mati setelah sampai di hulu sungai"
"Aku akan hidup karena aku bukan ikan salmon. Aku akan hidup karena aku adalah manusia yang tidak hanya mengandalkan insting"
"Aku sayang kamu Rian, berjanjilah menjadi ayah untuk anak yang aku kandung nanti. Jadikanlah tujuan kamu pulang adalah aku"
"Aku berjanji Eva. Saatnya pulang mamah akan marah besar apabila kita telat pulang"
"Astaga aku juga lupa akan makan siang itu"
"Kamu juga jangan lupa untuk mempersiapkan segala keperluanku saat aku pergi nanti"
"Aku mempunyai daya ingat yang tinggi melebihi kamu sayang"
"Astaga aku lupa akan hal itu".
Mereka tertawa geli dan akhirnya mereka-pun pulang untuk memenuhi janji dengan ibu Rian. Sepanjang perjalanan mereka terlihat sangat santai seperti biasanya dan seperti tidak ada beban berat yang ada di pundak Rian.
Tapi tanpa disadari oleh mereka berdua, ada sekelompok orang misterius berperawakan kaukasoid yang menggunakan baju turis mengamati mereka dari kejauhan.

BAB IV : Tim

Pukul 2.00 WITA Rian belum tertidur melainkan sedang meminum secangkir teh lemon kesukaannya. Dibawah sinar purnama yang sangat terang, Rian duduk dengan paras yang tidak mencerminkan kegelisahan sama sekali.
Dari awal surat itu datang, Rian sama sekali tidak mencemaskan apapun tentang keselamatan dirinya sendiri karena dia tahu bahwa keselamatan orang lain lebih penting. Tapi yang terpenting, dia sama sekali tidak boleh terbunuh sebelum tugasnya selesai.
Akhirnya Rian mulai berbicara sendiri pertanda dia sedang bingung.
"Sebenarnya apa tugasku ? Berbeda dengan pasangan Malik dan Tony yang sudah jelas tugasnya. Apa mungkin orang itu akan ada di rapat tersebut ? Tapi orang itu adalah keturunan Australia yang sudah jelas Australia pasti menjadi Sekutu. Tapi jika teori itu digabungkan dengan teori buatannya akan menjadi hal yang sangat berguna untuk tugas ini. Tapi apabila dia tidak berada di pihak yang sama, teori kami berdua mempunyai efek yang sangat bertolak belakang sehingga akan menjadi medan magnit yang saling tolak-menolak. Jadi dengan kata lain kalau dia ada di pihak sekutu, ini akan menjadi papan catur yang sangat menjemukan tapi sangat fatal apabila salah satu dari kami ada yang salah jalan. Prof. Dr. William X akankah ini menjadi pertempuran antara kita ? Atau ini akan menjadi gabungan antara teori distoleransi nuklir dan teori penyebaran medan radioaktif nuklir yang anda temukan ? Jelas ini akan menjadi perjalanan panjang untukku"
Rian mulai beranjak dari tempat favoritnya itu menuju meja kerja yang ada di laboratoriumnya. Rian mulai membuka setiap laci yang ada di meja itu untuk mencari sesuatu dan akhirnya dia menemukannya. Dia ternyata mencari sebuah foto saat dia sedang di universitas dulu, foto tersebut bergambar Rian sedang berangkulan dengan William X dengan akrabnya menggunakan baju khas laboratorium. Rian tersenyum dan berkata.
"William adalah ilmuan hebat, kami selalu mendapatkan nilai A+ setiap kali kami bekerja dalam satu kelompok yang sama sampai akhirnya para dosen tidak lagi mengijinkan kami bekerja untuk satu kelompok dengan alasan tidak dapat melihat potensi mahasiswa yang lain. Dia selalu terlihat menakjubkan karena selain sangat cerdas, dia juga sangat memeperhatikan penampilan. Sungguh orang yang sangat unik. Senang pernah mengerjakan proyek ilmiah dengan anda"
Rian meninggalkan senyum dan meletakkan bingkai foto itu di meja kerjanya dan memutuskan untuk tidur.
Pagi yang cerah sudah tiba. Lagi-lagi terkesan seperti hari biasanya. Saat Rian bangun dari peraduannya, terlihat barang bawaan yang dipesankan kepada kekasihnya sudah siap. Tapi ada secarik kertas bertuliskan.
"Aku sangat tidak mungkin untuk melihat kamu pergi. Tolong jangan hubungi aku sampai kamu memenuhi janji kamu, karena aku selalu menunggu kamu disini tempat yang kamu janjikan. Ini bukan berarti kita putus, melainkan aku tidak ingin kamu merasa terganggu karena harus membagi perhatian kamu yang harus fokus itu. Aku buatkan sebuah robot untuk teman selama kamu bertugas. Maaf tidak bisa mengantar kamu pergi untuk tugas mulia itu. Aku sayang kamu Rian"
Rian tersenyum melihat calon istrinya itu bisa mengerti keadaan ini.
"Saatnya bersiap menuju bandara, mungkin meraka sudah menunggu disana. Jam masih 7.15 WITA aku masih punya waktu untuk bersiap-siap"
Setelah selesai bersiap-siap, Rian segera bergegas meninggalkan rumahnya tanpa bicara jujur dengan ibunya akan tugas berat yang akan diembannya.
Didalam taksi, Rian lebih memilih untuk tidak banyak bicara karena dia selalu memikirkan hal menyeramkan apabila Prof. Dr. William X tidak berada diposisi yang sama dengannya. Tanpa disadari olehnya, taksi yang dia gunakan telah sampai di bandara. Seperti yang diinstruksikan dalam surat itu, Rian segera mencari kepala keamanan bandara yang akan mengantarkan dirinya menuju hanggar.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Rian bisa dengan mudah menemukan kepala keamanan tersebut. Rian menghampirinya dan berkata,
"Tut Wuri Handayani"
Orang berperawakan besar dan gagah itu tersenyum dan berkata,
"Saya kira anda tidak datang, tadi sudah ada 3 orang yang saya antar menuju hanggar itu. Sebagai protokol dari atasan, anda harus berjalan sendiri menuju hanggar tersebut agar identitas diri anda tetap aman. Yang harus anda lakukan adalah, anda harus menuju hanggar nomor dua. Selamat jalan Pak Rian Permana semoga perjalanan anda menyenangkan"
"Terimakasih kasih pak". Sambil tersenyum Rian pergi meninggalkan orang itu.
"Ternyata benar, misi ini adalah misi rahasia. Bahkan orang yang dipercaya oleh mereka-pun tidak mengetahui untuk apa sebenarnya perjalanan ini"
Tidak butuh waktu lama Rian telah sampai di hanggar itu. Sejauh mata memandang hanya ada teknisi pesawat jet yang sedang menyiapkan perjalanan itu. Sambil berjalan, tidak sengaja Rian menabrak seseorang karena sedang menyimak kegiatan di sekelilingnya dengan fokus,
"Maaf saya tidak sengaja", Rian meminta maaf kepada orang itu. Dan ternyata orang itu adalah Tony Purnama.
"Eh saya yang harusnya minta maaf kepada anda. Maaf karena kacamata hitam ini mengganggu penglihatanku. Nampaknya anda adalah orang yang di Kuta kemarin ya ?"
"Benar saya Rian Permana, anda pasti Tony Purnama ya ?", sahut Rian dengan ramah.
"Wow Rian Permana, saya cukup tahu tentang anda dan saya cukup tertarik dengan teori itu. Mari kita ngobrol sambil berjalan menuju jet tersebut"
"Ya baiklah"
"Saya kira anda takut untuk bergabung dalam misi ini, awalnya aku juga tidak tertarik karena segel di surat itu. Rasanya ingin aku bakar saja surat itu"
"Ya segel itu memang cukup merepotkan untuk dibuka, tapi setelah tahu kuncinya pasti semua orang bisa membuka kunci itu"
"Itu benar, jawaban sederhana yang dikemas dalam bentuk yang sulit. Aku butuh waktu setengah hari untuk membuka semua segel gila itu. Bahkan pasangan Malik baru bisa membuka segel itu dalam waktu 15 jam"
"Apakah sesulit itu ? Aku hanya butuh waktu 3 menit saja untuk membukanya"
"Memang benar kata orang, Rian Permana memang memiliki otak yang brilian"
Dalam waktu singkat, mereka telah sampai di depan pintu pesawat itu. Pada saat mereka ingin naik, terdengar suara perempuan dari depan pintu pesawat yang seolah menyambut mereka.
"Kenapa kalian lama sekali ? Aku dan suamiku sudah menunggu kalian cukup lama", ternyata itu suara Bu Malik
"Maaf tadi saya habis mencari mesin pembuat kopi otomatis sebelum akhirnya bertemu dengan pemuda brilian ini", jawab Tony dengan nada malas,
"Hey suamiku, Rian datang !!", teriak Bu Malik dengan antusias.
"Kamu tidak perlu berteriak seperti itu Dewi", seru Pak Malik
"Apa kita semua adalah 1 tim ?" tanya Rian disela pembicaraan mereka.
Pada saat yang bersamaan Pak Malik keluar dari pesawat dan menghampiri Rian.
"Didalam pesawat ada ruang rapat tertutup, tidak aman apabila membicarakan semua itu disini. Lagipula pesawat sebentar lagi akan lepas landas. Lekas naik agar kita semua bisa berdiskusi dengan leluasa". Akhirnya mereka semua masuk ke dalam jet tersebut
Jet yang mereka tumpangi memang jet yang sangat mewah dengan segala fasilitasnya. Bahkan awak pesawat yang menemani perjalanan mereka adalah awak yang sangat pengalaman dalam bidangnya. Semua itu mereka tunjukkan dalam sebuah pelayanan yang sangat luar biasa. Mereka semua diperlakukan seperti raja. Pada saat pesawat selesai lepas landas, mereka segera bergegas menuju ruang rapat tersebut dan memulai percakapan yang tertunda itu.
Rian membuka percakapan itu dengan sebuah pertanyaan,
"Apa kalian kenal dengan Prof. Dr. William X ?"
"William X ya ? Nama itu nampaknya cukup familiar. Apa anda kenal dengan dia Pak Malik ?", jawab Tony.
"William X ? Aku tidak kenal dengan dia. Apa kamu pernah mendengar nama itu sayang ?" Pak Malik kembali melempar pertanyaan itu kepada istrinya.
"Tidak pernah, memang siapa dia ?", jawab Bu Malik.
Kemudian Rian menjawab sendiri pertanyaan itu.
"William X adalah seorang ahli nuklir biologis yang mampu membuat radioaktif nuklir bisa senyawa dengan zat apapun yang dilaluinya. Atas dasar itu William membuat teori penyebaran medan radioaktif nuklir. Dia telah mendapatkan nobel atas teori tersebut karena terbukit teori tersebut bekerja pada rekayasa sistem buatannya". Mereka semua terdiam setelah Rian menjelaskan siapa itu Prof. Dr. William X. Tiba-tiba Tony buka mulut menambahkan penjelasan Rian.
"Hologram adalah ilusi semata, bahkan tangan telanjang bisa menembus hologram. Kalau teori itu yang kita hadapi, aku tidak bisa berbuat banyak untuk melindungi kalian"
Tony meminum kopinya dan mengambil sebatang rokok yang siap dia bakar dan melanjutkan tanggapannya.
"Boleh aku merokok ? Terimakasih, aku ingat garis besar biografi keluarga William. Mereka adalah keluarga keturunan kerajaan Inggris bukan ? Seingatku, William I pergi bersama Kapten James Cook dalam ekspedisi Australia. Mereka yang berlabuh di New South Wales secara tidak sengaja pada waktu itu, menamakan daratan itu dengan nama Australia. Kapten James Cook yang dengan segera menulis surat untuk Ratu Elizabeth I yang dengan cepat direspon dan diperintahkan untuk kembali ke tanah Britania untuk menceritakan tentang kisah perjalanan mereka hingga menemukan daratan baru itu. Tapi William I tidak bergabung dengan Kapten James Cook untuk kembali berlayar pulang dengan alasan ingin melakukan penelitian. Mendengar niat William, Kapten Cook berjanji akan kembali lagi untuk menjemputnya dengan alasan seorang kapten tidak akan pernah meninggalkan awaknya. Hari silih berganti dan Australia semakin ramai dikunjungi oleh bangsawan Inggris. Tapi William tetap menunggu Kapten Cook untuk menjemputnya sampai akhirnya William berhasil menemukan tambang emas di daratan tersebut. Begitu senangnya dia sampai dia menitipkan sepucuk surat yang berisikan tentang penemuan tersebut untuk sang Ratu kepada kapten kapal dari Inggris yang sedang berlabuh disana. Bukannya sebuah balasan yang datang, tapi malah banyak imigran dari tanah Eropa datang untuk mengeruk keuntungan dari penemuan tersebut. William yang tetap berfikir positif akan kedatangan Kapten Cook yang akan menjemputnya, merasa di khianati oleh keputusan Kerajaan yang menjadikan daratan tersebut menjadi daratan penjara. Bahkan William yang mengaku menemukan tambang emas tersebut malah di jebloskan ke dalam tahanan itu. Dendam William atas pengkhianatan kepada dirinya seakan menjadi kekuatan untuk bertahan di dalam tahanan tersebut. Saat dia keluar, dia menikah dengan seorang wanita keturunan Portugis dan mengaku sebagai keturunan campuran Aborigin dan mempunyai keturunan dengan nama yang selalu sama"
Ibu Malik mengeluarkan pertanyaan atas cerita Tony.
"Apa mungkin William X adalah keturunan kesepuluh dari William I ?"
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bukan ? George Washington yang cuma bermodalkan kejujuran saja bisa menjadi Presiden pertama Amerika Serikat". Tony mematikan rokoknya setelah menjawab pertanyaan Ibu Malik.
"Jika dendam itu masih ada di dalam tubuh keluarga William, apa mungkin dia akan membantu negara yang telah mengkhianatinya ?". Rian mulai berargumen
"Disinilah titik yang menegangkan dari misi ini. Waktu yang akan menjawab semua ini, atau bahkan waktu akan mengungkap bahwa cerita saya barusan salah besar". Tony kembali membakar rokoknya.
"Aku akan membela kebenaran karena aku tidak akan mati semudah itu. Aku punya partner tim yang ahli dalam kamuflase, hal itu akan memudahkan penelitian terakhirku". Pak Malik mulai membicarakan satu rahasianya di depan tim dan Ibu Malik menambahkan pernyataan tersebut.
"itu benar, persetan dengan keluarga William. Penelitian kami yang terakhir mungkin akan menjadi warna baru dalam inovasi pengembangan sistem pertahanan Negara ini. Kami sedang merekayasa tumbuhan berbunga yang cukup cantik tapi mematikan seperti pada zaman jurassic dulu. Tumbuhan itu akan menjadi gerbang selamat datang untuk para tentara yang datang lewat jalur laut. Tumbuhan itu akan mengeliminasi mereka dengan cara yang mengerikan. Tapi, rencana itu akan berjalan apabila bom itu gagal dieksekusi. Karena kelemahan terbesar dari tanaman itu adalah radioaktif nuklir"
"Sama seperti kalian, aku juga tidak akan mati semudah itu karena ada yang menunggu di Kuta sana. Bermodalkan itu dan kalian, aku berjanji akan memberikan komando untuk menggagalkan peluncuran bom itu", dengan bersemangat Rian mulai membuka jalan untuk tetap optimis akan persentase keberhasilan mereka.
Pilot pesawat ternyata sudah menyatakan bahwa pesawat akan segera mendarat dengan sebuah tanda bergambar sabuk pengaman telah dinyalakan. Dengan cepat mereka kembali ke kursi mereka untuk memasang sabuk pengaman mereka. Dengan cepat mereka mencari sepucuk kertas yang dimaksud dalam surat itu. Setelah menemukannya, mereka sama sekali tidak membicarakan isi surat tersebut karena tertulis tulisan "Sangat Rahasia" di depan kertas itu.
"Sepertinya perjalanan ini terkesan lebih cepat dari biasanya", Tony berujar sambil memasang sabuk pengamannya.
"Pesawat ini adalah pesawat jet, jelas jarak tempuh perjalanan lebih cepat daripada pesawat biasa", sambung Pak Malik yang telah selesai memasang sabuk pengamannya.
"Tony itu adalah orang cerdas luar biasa, tapi kenapa perilakunya seperti orang bodoh ?"
"Mungkin itu pembawaan Pak Tony kalau sedang gelisah, atau dia lebih menyukai menyembunyikan fakta atas dirinya sendiri ?", jawab Rian dengan polosnya.
"Sepertinya itu adalah kejujuran yang datang secara tidak sengaja. Dengan kata lain, dia terkadang akan terlihat seperti orang bodoh", sambung Pak Malik sambil tersenyum. Kemudian terdengar suara pramugari pesawat yang mengumumkan pendaratan mereka.
"Pesawat telah mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Silahkan lepas sabuk pengaman anda dan perhatikan barang bawaan anda. Terimakasih telah bergabung dalam penerbangan kami"
Dengan berakhirnya pengumuman itu, sampailah mereka di tempat yang di tuju sebelum berangkat ke tempat selanjutnya.
"Sepertinya kita harus berpisah disini", Rian kembali membuka percakapan di antara mereka.
"Apa itu sebuah kalimat perpisahan ? Nanti malam kita akan bertemu lagi kawan", jawab Tony dengan santai.
"Kali ini kamu benar Tony, kita tidak akan berpisah lebih dari 12 jam", Pak Malik menambahkan.
"Maaf, kalian semua benar, buat apa aku mengucap seperti itu ? Mari kita bergegas menuju hotel masing-masing", jawab Rian sekenanya.
"Sudahlah kawan jangan difokuskan sekali misi ini, sekarang nikmatilah liburan kita yang sebentar ini. Jakarta merupakan kota hebat, aku akan bersenang-senang di DuFan setelah dari hotel nanti. Tolong jangan ganggu aku ya. Aku tidak sabar dengan kota ini jadi aku pergi lebih dahulu. Sampai nanti semuanya", Tony pergi sambil memakai kacamatanya dan kembali membakar rokok kesukaannya itu.
"Orang itu aneh", Ibu Malik berkomentar,
"Kita akan perlu orang santai seperti dia di dalam tim ini. Lagipula perkataan dia benar, agar identitas kita semua tetap aman kita harus sebisa mungkin menjadi turis domestik. Untuk itu aku akan menyusul dia. Sampai nanti", Rian membenarkan tindakan Tony dan pergi setelahnya.
"Mungkin aku akan memilih Rian daripada kamu apabila umur kami sama", Ibu Malik berkomentar lagi di depan suaminya.
"Bisakah kamu sedikit mensyukuri pemberian Tuhan ?", Pak Malik mulai terganggu dengan komentar istrinya.
"Sudahlah lupakan, ayo kita menjadi turis seperti mereka", Ibu Malik mulai melangkah meninggalkan suaminya dengan barang bawaan yang mereka bawa.
"Dasar perempuan, aku sendiri bingung kenapa harus menikahinya ?"
Akhirnya mereka semua mulai pergi menuju hotel yang akan mereka jadikan tempat istirahat selama berada di Jakarta.
Rian berjalan menuju lapangan parkir untuk mencari agen yang dimaksud oleh surat itu. Nampaknya kali ini lebih sulit dari sebelumnya karena Soetta hari ini cukup ramai pengunjung. Rian lebih memilih untuk menunggu di halte bus daripada harus berkeliling untuk mencari. Dia menulis namanya di sebuah kertas yang cukup besar agar agen tersebut mudah untuk menemukannya. Benar saja, selang 3 menit kemudian ada orang dengan postur tinggi besar dengan jas hitam dan kacamata hitam menghampirinya dan mulai bertanya dengan suara pelan, berat tapi tidak menghadap kepada Rian.
"Kode ?"
Rian cukup kaget mendengar suara orang itu, tapi dengan nada santai Rian menjawab.
"Bhinneka Tunggal Ika"
Tanpa diduga oleh Rian, orang bertubuh besar itu seketika berubah menjadi sangat ramah kepada Rian setelah mendengar kode tersebut.
"Maaf Pak Rian Permana, tadi saya harus ke toilet jadi tidak bisa menjemput anda di gerbang kedatangan"
"Itu bukan masalah besar. Nanti setelah dari hotel apa anda bisa mengantar saya berkeliling kota ? Saya sangat ingin melihat kemacetan lalu lintas Jakarta yang sudah melegenda itu", jawab Rian dengan candaan ringan.
"Itu tidak bisa Pak Rian karena tugas saya hanya sebatas menjaga anda selama perjalanan ini. Jadi, saya sama sekali tidak bisa membahayakan keselamatan anda dengan melakukan hal itu. Sebisa mungkin anda harus bertemu orang yang selalu berbeda selama berada disini. Itulah perintah Pak Presiden saat memberikan tugas ini kepada saya. Saran dari saya, lebih baik anda menggunakan taksi daripada harus menggunakan fasilitas mewah dari Istana karena misi awal anda adalah misi penyamaran untuk keselamatan anda sendiri", jawab agen tersebut untuk menolak ajakan Rian.
"Benar apa yang anda katakan, lebih baik saya terus menyamar daripada harus memamerkan keberadaan saya sendiri di muka umum. Bisa kita jalan sekarang ? Aku sudah mulai lapar karena lupa sarapan"
"Tentu bisa Pak Rian"
Tapi tiba-tiba orang itu langsung menundukkan kepalanya dan kemudian mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah Rian kira-kira.
"Tolong selamatkan kami semua dari ancaman perang itu. Jadilah bagaikan sebuah lilin yang siap untuk digunakan pada malam yang  gelap gulita"
"Aku akan membuat situasi yang dimana aku tidak akan terbunuh. Karena jika aku tidak terbunuh, kalian semua juga tidak akan terbunuh. Kita akan saling membantu pada akhirnya. Tolong latih jiwa sosial anda dari sekarang untuk hal terburuk nanti"
"Siap ! Perintah anda adalah sama dengan perintah Kementerian Keamanan. Jadi saya terima perintah itu ! Mari silahkan mobil itu ada disebelah sana Pak"
Agen tersebut mulai mengangkat barang bawaan Rian untuk dibawa menuju mobil mereka.
"Itu dia mobilnya, sebentar saya bukakan pintunya"
Pada saat sang agen sedang mencari kunci mobilnya, tiba-tiba mobil itu meledak dengan dahsyatnya.
"Booooooom !!"
"Awas Pak Rian", dengan cekatan agen tersebut melompat untuk melindungi Rian.
"Kode merah, kode merah, mobil kami diledakkan oleh teroris yang tidak diketahui keberadaannya. Sial tidak ada respon dari pusat"
Agen tersebut langsung mengeluarkan pistol untuk berjaga-jaga terhadap serangan yang tidak terduga selanjutnya.
"Maafkan saya Pak Rian perjalanan anda bersama saya kurang menyenangkan"
Rian yang masih kaget akan kejadian tersebut lebih memilih untuk diam. Serangan selanjutnya-pun tiba, kali ini adalah suara tembakan dari arah utara dan menuju langsung ke arah mereka.
"Dor, dor, dor, dor, dor !!"
"Awas Pak, tempat ini tidak aman. Cepat bersembunyi dan saya akan melindungi anda !". Agen tersebut mendorong Rian dengan kuat hingga terjatuh dan membalas tembakan itu.
"Dor, dor, dor !!"
"Kode merah, kode merah ini bukan latihan, ada teror untuk kami disini disertai baku tembak"
Masih tidak ada jawaban dari pusat dan akhirnya agen tersebut membuang alat komunikasi itu. Beberapa saat kemudian dia bisa melihat teroris tersebut dan mulai memburunya.
"Sepertinya sekarang aku harus beraksi sendiri. Ternyata orang yang bernafsu untuk membunuh kami adalah orang kulit putih, aku akan membunuhnya terlebih karena mengganggu perjalanan kami"
"Dor, dor, dor, dor !!".
Satu tembakan jitu sang agen tepat menuju dada sebelah kanan teroris itu dan mengakhiri baku tembak tersebut.
"Pergilah ke neraka!"
 "Dor !!"
Agen yang merasa telah berhasil melumpuhkan lawan, langsung berdiri untuk memberitahukan kondisi sekarang sudah aman.
"Pak Rian saya telah berhasil melumpuhkan lawan, sekarang keadaan sudah aman"
Saat Rian mulai berdiri dan melihat sekitarnya, ternyata teroris itu cukup sanggup berdiri. Sambil tersenyum bangga melepaskan satu tembakan ke arahnya.
"Dor !!"
Agen yang mendengar suara tersebut langsung melompat untuk menjadi tameng hingga peluru liar itu tepat mengenai lehernya.
Polisi bandara yang datang setelah mendengar insiden ledakan bom dan baku tembak tersebut langsung menembak teroris tersebut dengan tembakan yang membabi buta.
Suasana yang ramai itu dengan cepat berubah menjadi hening. Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya bisa bilang.
"Ya Tuhan, kasihan orang itu"
Rian yang tersadar akan kejadian barusan dan mengangkat tubuh agen itu dan kemudian agen itu berkata.
"Sekali lagi saya minta maaf karena perjalanan ini sangat tidak menyenangkan, ini terasa sangat sakit dan mungkin saya akan mati disini. Bagaimana dengan teroris itu, apa saya berhasil melumpuhkannya ? Dia adalah musuh yang cukup kuat dari semua musuh yang sudah saya lumpuhkan selama ini".
"Sudah, sudah anda jangan banyak bicara. Seseorang tolong hubungi ambulance, teman saya akan mati kehilangan banyak darah !"
Rian berteriak kepada orang-orang yang melihat kejadian itu kemudian melanjutkan bicaranya.
"Anda tidak akan mati disini karena anda harus mengantar saya menuju hotel itu. Lagipula saya telah memberikan perintah untuk anda !"
"Tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada Pak Presiden karena tidak bisa menjalankan tugas ini sampai selesai, saya juga minta maaf kepada anda karena tidak bisa menjalankan tugas dari anda. Teman ? Terimakasih telah menyebut saya sebagai teman anda, itu adalah sebuah kehormatan besar untuk saya. Sekarang adalah misi kode merah yang harus anda jalankan sendiri. Anda harus secepatnya menuju hotel bernama 'Indo Jaya' di kawasan Bundaran HI Jakarta Pusat dan menyebutkan kode yang ada di kertas ini. Sungguh saya tidak kuat lagi menahan luka ini. Cepat anda pergi ! Suasana disini sangat tidak kondusif untuk anda !"
Agen tersebut memberikan sebuah kertas berisikan kode kepada Rian. Rian yang kebingungan langsung lari menuju taksi terdekat sambil berteriak.
"Tolong jaga teman saya !".
Pada saat Rian baru naik ke dalam taksi tersebut, terdengar lagi suara tembakan.
 "Dor !!"
Tembakan itu tepat menuju kepala sang agen dan sekaligus mengakhiri hidup sang agen. Ternyata itu adalah tembakan bunuh diri.
Rian hanya bisa menagis di dalam taksi yang berjalan dengan kecepatan tinggi itu. Batinnya teriak melihat orang baik harus mati didepan matanya sendiri.
"Kenapa harus ada korban dalam misi ini ? Kenapa anda harus mengakhiri hidup anda ? Untuk anda agen yang tidak saya ketahui namanya saya berjanji akan melindungi semua orang seperti anda melindungi saya dalam insiden itu dan saya akan ceritakan kepada Presiden seperti apa anda menjalankan tugas anda hingga anda gugur"
Tanpa terasa taksi itu telah sampai di tempat tujuan yang Rian tuju. Setelah menyelesaikan pembayaran argo taksi, dia segera turun dan mengambil kertas dari agen tersebut dari saku celananya. Terlihat sebuah tulisan "Karakatau" tercantum di kertas itu.
"Sepertinya kata ini yang menjadi kode untuk misi kode merah itu". Rian segera menghampiri meja resepsionis untuk menyampaikan kode itu.
“Selamat datang di hotel Indo Jaya. Ada yang bisa saya bantu ?”
"Krakatau"
"Pasti anda Rian Permana. Nampaknya kode merah ya ? Sungguh sangat diluar dugaan kami. Silahkan anda ke lantai 8 dengan nomor 432. Selamat menikmati istirahat anda"

BAB V : Lingkaran Kebimbangan

Kamar yang disediakan untuk Rian sangat besar dan mewah. Tapi Rian lebih memilih langsung menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya tanpa menghiraukan semua fasilitas yang ada dalam kamar tersebut. Setelah selesai dari kamar mandi, Rian langsung memesan makanan dan teh lemon untuk membuat dirinya merasa lebih baik.
Tanpa sengaja tangan Rian menyentuh tombol sebuah pengendali jarak jauh televisi hingga televisi itu menyala. Tanpa diduga, acara yang ditayangkan adalah berita tentang insiden bandara itu.
Disebutkan bahwa ada satu orang korban meninggal pada insiden tersebut dan pelaku telah dilumpuhkan oleh polisi bandara. Tapi lagi-lagi identitas Rian tidak dibeberkan oleh awak media yang meliput kejadian tersebut.
Tidak lama kemudian, telepon genggam milik Rian berbunyi. Nomor yang memanggilnya itu dirahasiakan sehingga ia tidak dapat mengetahui siapa penelepon itu. Dengan ragu Rian menjawab telepon itu.
"Selamat pagi, ini dari hubungan rahasia Istana Kepresidenan. Apa anda telah sampai di hotel ?"
"Iya saya telah sampai disini. Apa bisa saya dihubungkan langsung dengan Pak Presiden ? Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengan beliau"
"Tentu saja, kami akan menyambung telepon ini kepada beliau. Harap tunggu sebentar"
Hanya terdengar nada tunggu selama Rian menunggu telepon itu disambungkan kepada Presiden. Beberapa detik kemudian terdengar suara yang mengantikan suara operator tadi.
"Selamat pagi, apa anda selamat dari insiden itu ?"
"Saya selamat, tapi agen Bapak..."
"Apa dia menembak kepalanya sendiri ?"
"Ya, tepat menembus otaknya"
"Dia telah menjalankan misi kode merah dengan sempurna dan bertanggungjawab"
"Kenapa anda bicara seperti itu ?"
"Karena itu adalah perintah. Mereka harus mengakhiri hidup mereka apabila gagal mengantar kalian dengan apalagi harus terluka parah"
"Perintah macam apa itu ?! Apa anda tidak punya hati nurani ?"
"Tidak seperti itu. Apabila mereka tetap hidup dan terluka parah, mereka akan menjadi bulan-bulanan awak media yang ingin bertanya tentang kejadian itu dan apa yang mereka lindungi. Saya akan menganugerahkan penghargaan tertinggi untuk dia"
"Dia gugur dengan cara yang sangat heroik. Cuma itu yang bisa saya ceritakan kepada anda bagaimana cara dia melindungi saya"
"Saya mengerti akan tekanan itu. Saya harap anda tetap tegar dan siap untuk tekanan selanjutnya"
"Saya siap melayani anda Pak Presiden"
"Terimakasih"
"Ada lagi yang ingin anda sampaikan ?"
"Ada. Kami merubah rencana karena insiden tersebut. Kami takut musuh telah menyadap kita"
"Apa rencana itu ?"
"Pertama, bila anda mengerti cukup katakan 'Ya'. Kedua, kita membatalkan pertemuan di Timor dan menggantinya di Istana Cipanas"
"Ya"
"Ada tiga mobil yang akan menjemput anda nanti malam, naiklah ke dalam mobil yang mempunyai cacat karena tergores benda tajam"
"Ya"
"Mobil itu akan jalan serentak setelah tiga orang yang sangat mirip dengan anda naik"
"Ya"
"Mobil itu akan menjadi pengacau mata-mata mereka karena satu diantara mereka ada yang tetap menuju ke Bandara Halim Perdanakusuma"
"Ya"
"Semoga anda selamat sampai di Istana Cipanas nanti malam. Sampai jumpa"
Telepon itu terputus.
"Benar kata beliau, pasti kita disadap. Tapi dimana benda itu dan dimana diletakannya ?"
Rian mulai mencari alat penyadap itu dan mengeluarkan barang bawaannya dari dalam tas. Tidak satu-pun celah yang dilewatinya sampai akhirnya ia memegang robot buatan kekasihnya.
"Eva !"
Rian segera mencari telepon genggamnya dan langsung mencoba untuk menghubungi Eva.
"Telepon yang anda tuju sedang berada di luar jangkauan. Tolong tinggalkan pesan setelah bunyi 'beep'"
"Tidak aktif. Bagaimana dengan mamah ?"
Rian segera menghubungi mamahnya dan terlihat wajah tenang setelah mendengar nada sambung.
"Hallo mam, apa disana baik-baik saja ?"
"Mamah baik, bagaimana dengan pekerjaanmu ?"
"Baru akan dimulai setelah makan siang mam. Apa mamah bertemu Eva ?"
"Mamah belum bertemunya, bahkan setelah mamah bangun Eva sudah tidak ada"
"Begitu ya mam, ya sudah mamah baik-baik disana. Kalau ada apa-apa segera hubungi Rian, pasti Rian langsung pulang"
"Mamah bisa jaga diri, kamu selesaikan saja pekerjaanmu itu dan jaga kesehatan kamu"
"Baik mam, Rian sayang mamah"
"Iya mamah juga sayang kamu"
Rian memutuskan hubungan dengan ibunya dan duduk di ujung ranjang yang ada di kamar itu. Kemudian Rian mengambil robot buatan Eva itu.
"Apa yang terjadi dengan Eva ? Mudah-mudahan dia baik-baik saja. Nampaknya akan lebih aman bila berada disini daripada aku pergi untuk berkeliling kota"
Sekali lagi dia melihat kearah robot buatan Eva. Wajahnya berubah seketika setelah memperhatikan robot itu. Rian memilih berbicara dalam hati untuk berkomentar.
"Eva membuat sebuah robot ? Dia kan sangat tidak menyukai mata kuliah elektronik. Ada yang tidak beres disini. Mereka bisa mengetahui dimana kami mendarat tapi tidak mengetahui dari mana kami terbang dan insiden tidak terjadi pada pasangan Malik dan Tony. Sial, alat penyadap ini pasti ada bersamaku. Apa mungkin robot ini ? Kalau robot ini mata-matanya, pasti Eva dalam bahaya dan mereka pasti tahu keberadaanku sekarang karena resepsionis menyebutkan nama hotel, lantai berapa, dan nomor berapa kamar yang aku tempati. Situasi ini semakin buruk setiap saat. Aku harus keluar dari sini tanpa bersuara sedikitpun"
Rian meletakan robot itu dan semua barang bawaannya dekat dengan televisi dan menekan tombol suara dari remote control televisi dan membuat suara itu semakin membesar. Rian berfikir dengan cara itu dia dapat pergi tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Setelah sampai di bawah, Rian segera menitipkan kunci kamarnya kepada resepsionis tanpa berbicara sedikitpun. Setelah memberikan kunci kamarnya Rian segera mencari taksi dan pergi dari hotel tersebut.
“Boooooooomm !!”
Terdengar lagi suara ledakan yang sangat besar dari arah hotel tersebut. Dapat dilihat ada kobaran api besar menyala dari lantai 8 hotel tersebut.
"Tepat perkiraanku. Ada alat penyadap yang membuntutiku sebelum aku tiba di Jakarta. Terimakasih Pak Presiden yang telah mengingatkan aku bahwa ada  mata-mata"
Kamar hotel yang ditempati Rian itu-pun hancur lebur bersamaan dengan ledakan bom tersebut. Rian sekarang mulai terbiasa dengan rentetan kejadian teror yang dihadapinya.
“Dengan ledakan barusan aku berani bertaruh bahwa musuh telah berasumsi aku telah tewas”
Rian tersenyum dengan keadaan sekarang. Sekarang dia merasa cukup aman dari kejaran musuh yang selalu mengintainya.
Beberapa saat kemudian, telepon genggam milik Rian kembali bedering. Lagi-lagi tanpa nama pemanggil. Rian kembali tersenyum karena mengira itu adalah sebuah panggilan dari Istana Kepresidenan lagi.
Ternyata panggilan itu bukan dari Istana melainkan dari orang yang tidak dikenal. Suara tersebut adalah suara perempuan.
“Anda memang hebat karena telah berhasil menyadari ada alat penyadap disekeliling anda”
“Siapa anda ?”
“Jangan terlalu memperlihatkan kebodohan anda didepan kami Rian Permana”
“Darimana anda tahu nama saya ?”
“Jelas saya mengetahui nama anda”
“Apa kalian komplotan teroris itu ?”
“Teroris ? sebuah nama yang cukup mengerikan bukan ? Anda bisa menyebut kami dengan julukan antek-antek Sekutu”
“Pengkhianat !”
“Bisa dibilang begitu”
“Apa yang kalian cari dari mereka ?”
“Kami mencari tanah surga. Sepertinya  cukup basa-basi dengan anda. Apa anda ingat dengan Prof. Dr. William X ?”
“Tentu saja, dia adalah sahabatku !”
“Ups, sepertinya kami telah membunuh sahabat anda”
“Apa ?! William adalah sekutu kalian bukan ?”
“Tidak lagi. Dia masih mempunyai dendam dengan Inggris”
“Benar kata Tony”
“Tony ? Tony Purnama ya. Dia masuk dalam target operasi kami juga. Tapi kami akan membatalkan misi dengan Tony karena kami telah mendapat kelinci percobaan untuk penelitian daur ulang otak yang kami lakukan”
“Siapa lagi yang kalian tangkap ?”
“Saya sendiri”
“Memang siapa anda ? Lalu apa hubungannya dengan semua kekacauan ini ?”
“Eva Luna”
“Eva ?!”
“Benar sekali calon suamiku”
“Kenapa kamu…”
“Dari awal aku adalah pimpinan kelompok ini”
“Sial, penyamaran yang sangat fantastis. Ternyata benar alat penyadap itu adalah robot buatan kamu”
“Kamu memang hebat Rian. Beberapa jam lagi otakku akan didaur ulang dan otomatis akan melupakan semua kejadian dengan kamu dan menggantinya dengan semua ilmu pengetahuan yang ada dari seluruh dunia”
“Berikan alasan yang rasional untuk menjelaskan semua ini”
“Tidak ada penjelasan disini. Kamu akan menjadi ikan salmon yang gagal untuk sampai di hulu sungai. Sampai bertemu lagi”
Sambungan telepon itu-pun terputus.