BENDERA TERAKHIR (Rises)
BAB I :
Prolog
"Ting tong", suara bel memecah keheningan pagi
di rumah Rian Permana.
"Sayang ada tamu datang, mungkin itu tamu untuk acara
ulang tahun kamu hari ini", teriak Eva kekasih Rian yang sedang sibuk di
dapur bersama ibunya.
"Sebentar sayang, berita pagi ini tentang penghargaan
nobel yang diselenggarakan di Swedia tahun ini".
"Aduh kamu itu ya", gerutu Eva.
"Sudah kamu saja yang buka pintunya, kamu kan tau Rian
kalo sudah menemui sesuatu tentang sains", bela ibunya Rian.
"Oke calon mertua. Hehe", jawab Eva dan segera
berlari menuju pintu depan.
"Selamat pagi, benar ini rumah Rian Permana ? Saya
dari Pos Indonesia datang membawa surat untuk beliau. Silahkan tanda tangan
disini untuk serah terima". Sapa pak pos tersebut sambil menyodorkan tanda
terima kepada Eva.
"Tanda tangan disini ya pak ? Oke sudah, apa ada yang
perlu saya bayar ?" tanya Eva kepada pak pos tersebut.
"Tidak ada, ini suratnya dan saya pamit. Selamat
pagi". Eva-pun menutup pintu dan kembali masuk untuk memberikan surat
tersebut kepada Rian.
"Kelihatannya surat ini formal karena banyak segel
yang dibubuhi di surat ini, ada stempel rahasia juga. Mungkin tawaran
untuk menjadi dosen lagi. Sayang ada surat datang buat kamu"
"Dari universitas mana sayang ?" "ngga tau,
tapi sih ada gambar garuda pancasila gitu di amplopnya. Terus banyak segelnya
juga, ada stempel rahasia lagi"
"Coba sini aku lihat". Raut wajah Rian berubah
seketika saat melihat lambang pada amplop tersebut.
"Sayang kalo ada perlu sama aku, aku ada di ruang
kerja aku ya ? Kamu masak yang enak terus yang akrab sama calon mertua. I love
you". Rian mencium pipi Eva dan bergegas menuju ruang kerjanya.
"Apa mungkin surat ini datang dari Istana
Kepresidenan ? Logo ini jelas melambangkan Istana. Aku tidak akan tau sebelum
membuka surat ini", Rian mulai membuka segel pertama surat itu, tetapi
kelihatannya masih ada beberapa segel lagi sebelum dia dapat membaca surat itu.
Saat dia akan membuka segel kedua, segel itu terlihat seperti puzzle yang masih
berantakan.
"Apa puzzle ? Aku selalu bisa menyelesaikan permainan
ini kurang dari 2 menit"
Setelah
Rian menyelesaikan puzzle tersebut, terbentuklah sebuah pertanyaan yang menjadi
segel ketiga bertuliskan "PANCASILA".
"Pancasila ? Ada apa dengan Pancasila ? Kalau ini tentang persatuan, pasti jawabannya
ini 17081945"
Lagi-lagi Rian berhasi membuka segel ketiga dengan mudah.
Segel keempat mucul bertuliskan, "Apa kesempatan emas yang didapatkan
Indonesia". Rian terdiam dan mengerutkan kening.
"Pertanyaan ini pasti berkaitan dengan militer,
kesempatannya adalah Perjanjian Linggarjati".
Akhirnya terbuka semua segel yang ada di amplop tersebut.
"Sepertinya benar surat ini datang dari Istana, segel
pertama saja mungkin tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat oleh orang
biasa. Baiklah aku siap untuk surat ini".
Bab II
: Surat
"Tulisan tangan ? Hanya 1001 surat dari Istana
ditulis dengan tulisan tangan, apa sebenarnya isi surat ini ? Apakah semendesak
itu-kah surat ini ? Ada apakah denganku sampai menerima surat spesial ini
? Apa mungkin ada sebuah tugas yang
diberikan kepadaku ?"
"Selamat pagi ananda Rian Permana putra kebanggaan
Indonesia dari Pulau Dewata. Bersama dengan datangnya surat ini, saya sebagai
Presiden Republik Indonesia mewakili seluruh rakyat Indonesia ingin
menyampaikan rasa bangga kami terhadap ananda yang telah ditetapkan sebagai
sarjana S3 termuda di dunia dengan usia 23 tahun.
Dengan datangnya surat ini pula, saya ingin membagi
sebagian keluh kesah saya sebagai Presiden. Setelah menggelar rapat rahasia di
Papua Nugini pada pertengahan okteber lalu yang dihadiri beberapa Presiden dari
negara Rusia, Kanada Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, Thailand, Vietnam,
Philipina, Mesir dan Negara dari Liga Arab. Hasil dari rapat tersebut selalu
menghantui saya setiap detik. Bagaimana tidak, rapat tersebut mendiskusikan
tentang masalah kudeta yang akan dilancarkan oleh Sekutu yang akan dibantu oleh
Israel. Hal tersebut dilaporkan langsung oleh badan intelijen dari Rusia yang
sekarang sudah dieksekusi mati oleh Amerika. Laporan tersebut berisikan tentang
rencana Sekutu dan Israel yang ingin menjatuhkan bom atom nuklir tepat di
jantung kota Moscow. Hal itu akan sangat berakibat fatal karena bom atom
rancangan Israel tersebut mempunyai daya ledak 1000 kali lipat ledakannya dari
ledakan atom di Jepang pada tahun 1945 lalu. Hal itu akan berdampak besar pada seperempat
bagian bumi karena dampak radiasi nuklir bom tersebut. Sekutu ingin mengulang
kejayaannya seperti saat dia berhasil membuat Jepang menyerah tanpa syarat
kepada Sekutu. Landasan dari serangan ini adalah sama, mereka ingin memonopli
dunia dagang yang sedang didominasi Cina saat ini. Hal ini diperburuk karena
ada agen intelejen Sekutu yang dikirim ke tiap Negara yang mereka anggap kuat
untuk menyamar sebagai warga Negara yang ingin mengikuti PEMILU Presiden
mandatang. Apabila rencana awal mereka berhasil, rencana mereka selanjutnya
akan sangat mudah direalisasi seperti membalikan telapak tangan. Semua tamu
yang turut hadir pada rapat tersebut sudah bersiap dengan semua pasukan militer
yang mereka punya, tapi hal itu sepertinya tidak akan berarti karena kami semua
tidak mengetahui dimana tempat merakit bom atom tersebut. Untuk itu, saya
pribadi akan merasa berdosa jika hal mengerikan tersebut terjadi dan menimpa
seluruh rakyat Indonesia. Karena kejadian mengerikan tersebut tidak akan bisa
dikalahkan hanya dengan sebuah bambu runcing. Untuk itu saya sebagai Presiden
ingin meminta tolong kepada ananda Rian untuk membantu pertahanan kami dengan
cara membuatkan sebuah sistem pertahanan berdasarkan teori tentang distoleransi
nuklir yang ananda temukan, praktekkan, dan pertanggungjawabakan didepan mata
dunia. Karena mungkin jika dikombinasikan dengan sesuatu akan menjadi sistem
pertahanan yang cukup kuat untuk melindungi semua saudara kita di tanah air
ini.
Jika ananda bersedia untuk datang ke Istana, pesawat jet
pribadi sudah menunggu ananda di Bandara I Gusti Ngurah Rai sejak pagi hari ini
dan akan kembali ke Jakarta 2 hari mendatang.
Kami mempunyai beberapa kode untuk menyembuyikan identitas
ananda Rian dari media massa apabila ananda Rian sudah berada di bandara,
ananda Rian harus bertemu dengan kepala satuan pengamanan bandara dan
menyebutkan kalimat ini "Tut Wuri Handayani". Dengan menyebutkan
kode tersebut ananda Rian akan segera diantarkan menuju hanggar tempat jet
tersebut menunggu. Nanti didalam pesawat akan ada secarik kertas bertuliskan "Bhinneka
Tunggal Ika". Kode tersebut harus ananda gunakan pada saat bertemu
dengan agen kami yang akan membawa ananda menuju hotel pada saat mendarat di
Cengkareng nanti. Kemudian pada malam harinya akan ada agen kami yang berbeda
datang untuk menjemput ananda Rian menuju bandara militer Halim Perdanakusuma
dan langsung lepas landas menuju tempat dimana kita akan mengadakan pertemuan
tersebut secara tertutup di Pulau Timor. Sebelum waktu pertemuan itu tiba,
ananda Rian diperkenankan untuk melakukan kegiatan bebas.
Demikian surat ini saya tulis, semoga tidak mengganggu
kehangatan pagi ananda Rian. Saya berharap ananda Rian bersedia untuk memenuhi
panggilan ibu pertiwi dan tidak terbebankan akan surat ini. Saya minta
rahasiakan surat ini dari warga sipil, karena akan memperkeruh keadaan.
Selamat ulang tahun ananda Rian Permana
Salam
hangat,
Rian terdiam setelah membaca surat tersebut. Beberapa saat
kemudian Rian berjalan menuju balkon yang ada di lab pribadinya. Dia terlihat
begitu menikmati keindahan alam Dewata dari balkonnya itu.
"Aku tidak habis fikir, kenapa bisa mereka berfikir
untuk tega menghancurkan semua keindahan dan kedamaian ini. Coba lihat semua
ini terlihat begitu menenagkan. Tapi sebentar lagi akan ada radiasi nuklir yang
berbahaya itu datang untuk menginvasi atmosfir bumi ini". Kata Rian
mengutarakan apa yang ada difikirkannya saat itu.
Jelang beberapa saat, Eva memanggil Rian untuk mengetahui
apa yang sedang Rian lakukan di ruang kerjanya itu.
"Sayang apa yang sedang kamu lakukan di balkon itu
?"
"Tidak ada, aku hanya rindu akan semua keindahan
ini", jawab Rian.
Eva datang menghampiri Rian untuk memeluknya dan berkata.
"Sudah hampir 4 tahun aku ada disamping kamu dan aku
cukup tahu semua kebiasaan kamu sayang. Setiap kamu berdiri di balkon ini,
pasti ada yang sedang mengganggu fikiran kamu. Kamu tidak akan pernah bisa
menyembunyikan sesuatu dari aku calon istrimu ini"
"Benar sayang kamu memang hebat bisa menyadari
kebiasaanku ini. Jujur, ini semua tentang surat itu sayang". Rian menjawab
pernyataan Eva barusan sambil membalas memeluk Eva.
"Ada apa dengan surat itu ?" tanya Eva dan
melepaskan pelukannya.
"Surat itu datang dari Istana Kepresidenan. Untuk
lebih jelasnya kamu aku perbolehkan untuk membaca surat itu".
Eva mulai menghampiri meja kerja Rian sekaligus tempat
dimana surat itu diletakkan kemudian Eva mulai membaca surat tersebut.
BAB III
: Keputusan
Eva tersentak saat selesai membaca surat tersebut dan
wajahnya memerah karena akan menagis lalu berkata,
"Bagaimana kalau serangan udara itu terjadi ?
Bagaimana dengan pernikahan kita ? Apakah kita harus berpisah untuk selamanya
?"
"Jangan teriak seperti itu sayang, aku-pun tidak
ingin berpisah dengan kamu. Lagipula jika aku tidak pergi, semua perkataan
Presiden itu benar semua. Lawan kita tidak dapat disentuh tapi bisa membunuh
kita dengan sekejap. Mungkin lawan kita adalah sebuah ledakan besar yang
langsung membunuh kita semua, tapi parahnya lagi mungkin itu akan berupa
radiasi yang siap menyiksa kita dengan perlahan-lahan". Jawab Rian.
Kemudian Eva kembali berargumen dan Rian memotong pembicaraan
itu.
"Ta.. Tapi bagaimana kalau..."
"Ssstt... Ayo ikut aku keluar, sudah lama aku tidak
menikmati indahnya panorama alam Denpasar".
Rian menarik tangan Eva untuk mengajaknya pergi. Terlihat
Eva mulai menangis dan Rian mencoba menenangkannya dengan sebuah pelukan hangat
dan berkata.
"Aku tidak akan gagal kecuali Tuhan menghendaki aku
untuk gagal. Aku akan berhasil seperti aku berhasil memenangkan hati kamu
sayang"
Eva menjawab dengan perkataan yang terputus karena isak
tangisnya.
"Tapi ini tidak akan semudah itu sayang, jangan
meremehkan ancaman perang ini. Kamu bisa terbunuh sebelum perang itu
terjadi"
Rian kembali menenangkan hati Eva dengan kalimat
sederhana.
"Aku akan kembali untuk kamu dan untuk calon anakku.
Posisi kita sekarang sangat terpojok, Presiden sudah memilih aku untuk
melakukan hal ini karena dia percaya bahwa aku mampu melindungi banyak orang
termasuk kamu. Sekarang aku ingin melewati hari ini bersama kamu, dan aku minta
kamu menginap disini nanti malam untuk mempersiapkan keperluanku selama aku
pergi. Nah sekarang ayo kita berkeliling kota".
Saat mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan rumah,
ibu Rian memanggil mereka untuk makan makanan yang dia buat.
"Kalian berdua mau kemana, mamah sudah masak enak
untuk kalian berdua kalian malah mau pergi"
"Eva punya hadiah spesial untuk Rian mam, tapi hadiah
itu ada di Pantai Kuta". Jawab Rian mencari alasan.
"Jujur ya, mamah jadi ingat dulu waktu masih pacaran
sama ayah kamu deh. Tapi kenapa Eva matanya merah ? Kalian ribut lagi ?"
"Iya tuh Rian mam, tadi nolak ikut Eva, padahal Eva
punya hadiah spesial untuk Rian", jawab Eva kepada ibu Rian.
"Ya sudah kalian pergi saja, tapi nanti jam makan
siang kalian berdua pulang karena mamah sudah masak banyak makanan. Lagipula
tamu kalian pasti sudah berkumpul", seru ibu Rian.
"Iya mam nanti kita pasti tepat waktu. Rian jalan ya
mam hati-hati dirumah mam".
Akhirnya mereka pergi meninggalkan rumah mereka.
Mereka hanya terdiam pada saat tiba di Pantai Kuta,
kemudian Eva kembali memulai pembicaraan.
"Aku sayang banget sama kamu Rian"
"Kenapa tiba-tiba seperti itu ?"
"Aku pasti akan berat menunggu kamu"
"Aku janji akan pulang sayang kamu jangan takut"
"Bagaimana kalau kamu tidak kembali ?"
"Kita semua akan mati. Jadi pasti aku akan pulang.
Tunggu aku disini, aku pasti akan pulang"
"Janji ?"
"Aku janji. Jadi aku boleh pergi ?"
"Kamu boleh pergi dengan 1 syarat"
"Apa itu ?"
"Kamu harus pulang karena aku tunggu kamu
disini"
"Aku akan pulang sayang"
Pada saat mereka kembali terdiam, ada seorang pria dengan
rambut keriting afro mengucapkan 1 kalimat suara yang hampir tidak
terdengar, "PANCASILA". Rian yang mendengar suara itu langsung
menolehkan wajahnya ke arah pria itu.
"Rian Permana sang ahli distoleransi nuklir, pasti
anda juga mendapat surat itu. Sungguh di luar dugaan bisa bertemu dengan anda
di sini".
Tanpa diduga kalimat itu keluar dari mulut pria tersebut.
Lalu pria tersebut juga mengajukan tangannya pertanda ingin berjabat tangan.
"Juga ? Apa anda juga mendapatkan surat itu ?"
"17081945, kita semua mendapatkan surat itu Pak Rian
Permana". Sahut perempuan yang juga datang secara tiba-tiba.
"Sepertinya saya pernah melihat kalian, kalian pasti
Tuan dan Nyonya Malik sang ahli rekayasa genetika tumbuhan itu
?". Rian langsung menjabat tangan mereka berdua dan memperkenalkan mereka
kepada Eva.
"Sayang, mereka ini adalah Pak Malik dan Bu
Malik"
"Eva", jawab Eva masih terlihat bingung.
"Pak Rian apa anda melihat pria yang sedang berselancar
itu ?", tanya Pak Malik
"Dia juga mendapatkan surat itu. Dia adalah Tony
Purnama"
"Apa dia Tony Purnama yang ahli membuat fatamorgana
holografis itu ?", jawab Rian kaget. Lalu Ibu Malik menjawab
"Benar sekali, bahkan bumi ini bisa disembunyikan
olehnya dengan teknologi hologram itu. Coba lihat anda ahli tolak nuklir, dia
ahli sembunyi, kami ahli tumbuhan semuanya adalah orang yang dipersiapkan untuk
bencana besar. Kami bisa merekayasa padi bisa panen dalam waktu 10 detik, tentu
saja itu akan sangat diperlukan pada saat krisis pangan. Pada saat itu mungkin
kita semua sedang bersembunyi dibalik hologram buatan Tony. Kenapa kita semua
berada di tempat persembunyian ? Mungkin karena kamu gagal membuat nuklir itu
gagal meledak Rian. Nasib kami semua ada dipundakmu, kami akan membantu anda
selama kami mampu"
"Kami tunggu kedatangan anda besok pagi jam 9 di
bandara I Gusti Ngurah Rai. Hey Tony ! Cukup bermain-mainnya, ada pekerjaan
yang harus kita lakukan ! Kami pamit pulang Pak Rian Permana, sampai jumpa
besok", tambah Pak Malik untuk menutup pembicaraan tersebut.
Mereka-pun pergi menyisakan tapak kaki di pasir pantai.
Suasana ramai itu terasa hening untuk Rian dan Eva yang semakin kebingungan
akan apa yang terjadi. Kemudian Rian menggambil sebuah ranting pohon yang
terbawa ombak tepat didepan kakinya lalu menulis sesuatu di pasir pantai,
"aku akan pulang". Tidak beberapa lama setelah ia menulis tulisan
tersebut ada ombak datang menghapus tulisan tersebut kemudian Eva berkata,
"Apakah janji kamu akan terhapus seperti tulisan kamu
yang terhapus barusan ?"
"Kamu tenang saja untuk menunggu aku, aku bersama
orang hebat yang baru saja kamu lihat sendiri. Aku akan pulang seperti ikan
salmon yang selalu pulang ke hulu sungai setiap akan reproduksi. Perjalanan
panjang dan berat tetapi mereka tetap menjalaninya"
"Tapi ikan salmon akan mati setelah sampai di hulu
sungai"
"Aku akan hidup karena aku bukan ikan salmon. Aku
akan hidup karena aku adalah manusia yang tidak hanya mengandalkan
insting"
"Aku sayang kamu Rian, berjanjilah menjadi ayah untuk
anak yang aku kandung nanti. Jadikanlah tujuan kamu pulang adalah aku"
"Aku berjanji Eva. Saatnya pulang mamah akan marah
besar apabila kita telat pulang"
"Astaga aku juga lupa akan makan siang itu"
"Kamu juga jangan lupa untuk mempersiapkan segala
keperluanku saat aku pergi nanti"
"Aku mempunyai daya ingat yang tinggi melebihi kamu
sayang"
"Astaga aku lupa akan hal itu".
Mereka tertawa geli dan akhirnya mereka-pun pulang untuk
memenuhi janji dengan ibu Rian. Sepanjang perjalanan mereka terlihat sangat
santai seperti biasanya dan seperti tidak ada beban berat yang ada di pundak
Rian.
Tapi tanpa disadari oleh mereka berdua, ada sekelompok
orang misterius berperawakan kaukasoid yang menggunakan baju turis mengamati
mereka dari kejauhan.
BAB IV
: Tim
Pukul 2.00 WITA Rian belum tertidur melainkan sedang
meminum secangkir teh lemon kesukaannya. Dibawah sinar purnama yang sangat
terang, Rian duduk dengan paras yang tidak mencerminkan kegelisahan sama
sekali.
Dari awal surat itu datang, Rian sama sekali tidak
mencemaskan apapun tentang keselamatan dirinya sendiri karena dia tahu bahwa
keselamatan orang lain lebih penting. Tapi yang terpenting, dia sama sekali
tidak boleh terbunuh sebelum tugasnya selesai.
Akhirnya Rian mulai berbicara sendiri pertanda dia sedang
bingung.
"Sebenarnya apa tugasku ? Berbeda dengan pasangan
Malik dan Tony yang sudah jelas tugasnya. Apa mungkin orang itu akan ada di
rapat tersebut ? Tapi orang itu adalah keturunan Australia yang sudah jelas
Australia pasti menjadi Sekutu. Tapi jika teori itu digabungkan dengan teori
buatannya akan menjadi hal yang sangat berguna untuk tugas ini. Tapi apabila
dia tidak berada di pihak yang sama, teori kami berdua mempunyai efek yang
sangat bertolak belakang sehingga akan menjadi medan magnit yang saling
tolak-menolak. Jadi dengan kata lain kalau dia ada di pihak sekutu, ini akan
menjadi papan catur yang sangat menjemukan tapi sangat fatal apabila salah satu
dari kami ada yang salah jalan. Prof. Dr. William X akankah ini menjadi
pertempuran antara kita ? Atau ini akan menjadi gabungan antara teori
distoleransi nuklir dan teori penyebaran medan radioaktif nuklir yang anda
temukan ? Jelas ini akan menjadi perjalanan panjang untukku"
Rian mulai beranjak dari tempat favoritnya itu menuju meja
kerja yang ada di laboratoriumnya. Rian mulai membuka setiap laci yang ada di
meja itu untuk mencari sesuatu dan akhirnya dia menemukannya. Dia ternyata
mencari sebuah foto saat dia sedang di universitas dulu, foto tersebut
bergambar Rian sedang berangkulan dengan William X dengan akrabnya menggunakan
baju khas laboratorium. Rian tersenyum dan berkata.
"William adalah ilmuan hebat, kami selalu mendapatkan
nilai A+ setiap kali kami bekerja dalam satu kelompok yang sama sampai akhirnya
para dosen tidak lagi mengijinkan kami bekerja untuk satu kelompok dengan
alasan tidak dapat melihat potensi mahasiswa yang lain. Dia selalu terlihat
menakjubkan karena selain sangat cerdas, dia juga sangat memeperhatikan
penampilan. Sungguh orang yang sangat unik. Senang pernah mengerjakan proyek
ilmiah dengan anda"
Rian meninggalkan senyum dan meletakkan bingkai foto itu
di meja kerjanya dan memutuskan untuk tidur.
Pagi yang cerah sudah tiba. Lagi-lagi terkesan seperti
hari biasanya. Saat Rian bangun dari peraduannya, terlihat barang bawaan yang
dipesankan kepada kekasihnya sudah siap. Tapi ada secarik kertas bertuliskan.
"Aku sangat tidak mungkin untuk melihat kamu pergi.
Tolong jangan hubungi aku sampai kamu memenuhi janji kamu, karena aku selalu
menunggu kamu disini tempat yang kamu janjikan. Ini bukan berarti kita putus,
melainkan aku tidak ingin kamu merasa terganggu karena harus membagi perhatian
kamu yang harus fokus itu. Aku buatkan sebuah robot untuk teman selama kamu
bertugas. Maaf tidak bisa mengantar kamu pergi untuk tugas mulia itu. Aku
sayang kamu Rian"
Rian tersenyum melihat calon istrinya itu bisa mengerti
keadaan ini.
"Saatnya bersiap menuju bandara, mungkin meraka sudah
menunggu disana. Jam masih 7.15 WITA aku masih punya waktu untuk
bersiap-siap"
Setelah selesai bersiap-siap, Rian segera bergegas
meninggalkan rumahnya tanpa bicara jujur dengan ibunya akan tugas berat yang
akan diembannya.
Didalam taksi, Rian lebih memilih untuk tidak banyak
bicara karena dia selalu memikirkan hal menyeramkan apabila Prof. Dr. William X
tidak berada diposisi yang sama dengannya. Tanpa disadari olehnya, taksi yang
dia gunakan telah sampai di bandara. Seperti yang diinstruksikan dalam surat
itu, Rian segera mencari kepala keamanan bandara yang akan mengantarkan dirinya
menuju hanggar.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya Rian bisa dengan
mudah menemukan kepala keamanan tersebut. Rian menghampirinya dan berkata,
"Tut Wuri Handayani"
Orang berperawakan besar dan gagah itu tersenyum dan
berkata,
"Saya kira anda tidak datang, tadi sudah ada 3 orang
yang saya antar menuju hanggar itu. Sebagai protokol dari atasan, anda harus
berjalan sendiri menuju hanggar tersebut agar identitas diri anda tetap aman.
Yang harus anda lakukan adalah, anda harus menuju hanggar nomor dua. Selamat
jalan Pak Rian Permana semoga perjalanan anda menyenangkan"
"Terimakasih kasih pak". Sambil tersenyum Rian
pergi meninggalkan orang itu.
"Ternyata benar, misi ini adalah misi rahasia. Bahkan
orang yang dipercaya oleh mereka-pun tidak mengetahui untuk apa sebenarnya
perjalanan ini"
Tidak butuh waktu lama Rian telah sampai di hanggar itu.
Sejauh mata memandang hanya ada teknisi pesawat jet yang sedang menyiapkan
perjalanan itu. Sambil berjalan, tidak sengaja Rian menabrak seseorang karena
sedang menyimak kegiatan di sekelilingnya dengan fokus,
"Maaf saya tidak sengaja", Rian meminta maaf
kepada orang itu. Dan ternyata orang itu adalah Tony Purnama.
"Eh saya yang harusnya minta maaf kepada anda. Maaf
karena kacamata hitam ini mengganggu penglihatanku. Nampaknya anda adalah orang
yang di Kuta kemarin ya ?"
"Benar saya Rian Permana, anda pasti Tony Purnama ya
?", sahut Rian dengan ramah.
"Wow Rian Permana, saya cukup tahu tentang anda dan
saya cukup tertarik dengan teori itu. Mari kita ngobrol sambil berjalan menuju
jet tersebut"
"Ya baiklah"
"Saya kira anda takut untuk bergabung dalam misi ini,
awalnya aku juga tidak tertarik karena segel di surat itu. Rasanya ingin aku
bakar saja surat itu"
"Ya segel itu memang cukup merepotkan untuk dibuka,
tapi setelah tahu kuncinya pasti semua orang bisa membuka kunci itu"
"Itu benar, jawaban sederhana yang dikemas dalam
bentuk yang sulit. Aku butuh waktu setengah hari untuk membuka semua segel gila
itu. Bahkan pasangan Malik baru bisa membuka segel itu dalam waktu 15 jam"
"Apakah sesulit itu ? Aku hanya butuh waktu 3 menit
saja untuk membukanya"
"Memang benar kata orang, Rian Permana memang
memiliki otak yang brilian"
Dalam waktu singkat, mereka telah sampai di depan pintu
pesawat itu. Pada saat mereka ingin naik, terdengar suara perempuan dari depan
pintu pesawat yang seolah menyambut mereka.
"Kenapa kalian lama sekali ? Aku dan suamiku sudah
menunggu kalian cukup lama", ternyata itu suara Bu Malik
"Maaf tadi saya habis mencari mesin pembuat kopi
otomatis sebelum akhirnya bertemu dengan pemuda brilian ini", jawab Tony
dengan nada malas,
"Hey suamiku, Rian datang !!", teriak Bu Malik
dengan antusias.
"Kamu tidak perlu berteriak seperti itu Dewi",
seru Pak Malik
"Apa kita semua adalah 1 tim ?" tanya Rian
disela pembicaraan mereka.
Pada saat yang bersamaan Pak Malik keluar dari pesawat dan
menghampiri Rian.
"Didalam pesawat ada ruang rapat tertutup, tidak aman
apabila membicarakan semua itu disini. Lagipula pesawat sebentar lagi akan
lepas landas. Lekas naik agar kita semua bisa berdiskusi dengan leluasa".
Akhirnya mereka semua masuk ke dalam jet tersebut
Jet yang mereka tumpangi memang jet yang sangat mewah
dengan segala fasilitasnya. Bahkan awak pesawat yang menemani perjalanan mereka
adalah awak yang sangat pengalaman dalam bidangnya. Semua itu mereka tunjukkan
dalam sebuah pelayanan yang sangat luar biasa. Mereka semua diperlakukan
seperti raja. Pada saat pesawat selesai lepas landas, mereka segera bergegas
menuju ruang rapat tersebut dan memulai percakapan yang tertunda itu.
Rian membuka percakapan itu dengan sebuah pertanyaan,
"Apa kalian kenal dengan Prof. Dr. William X ?"
"William X ya ? Nama itu nampaknya cukup familiar.
Apa anda kenal dengan dia Pak Malik ?", jawab Tony.
"William X ? Aku tidak kenal dengan dia. Apa kamu
pernah mendengar nama itu sayang ?" Pak Malik kembali melempar pertanyaan
itu kepada istrinya.
"Tidak pernah, memang siapa dia ?", jawab Bu
Malik.
Kemudian Rian menjawab sendiri pertanyaan itu.
"William X adalah seorang ahli nuklir biologis yang
mampu membuat radioaktif nuklir bisa senyawa dengan zat apapun yang dilaluinya.
Atas dasar itu William membuat teori penyebaran medan radioaktif nuklir. Dia
telah mendapatkan nobel atas teori tersebut karena terbukit teori tersebut
bekerja pada rekayasa sistem buatannya". Mereka semua terdiam setelah Rian
menjelaskan siapa itu Prof. Dr. William X. Tiba-tiba Tony buka mulut
menambahkan penjelasan Rian.
"Hologram adalah ilusi semata, bahkan tangan
telanjang bisa menembus hologram. Kalau teori itu yang kita hadapi, aku tidak
bisa berbuat banyak untuk melindungi kalian"
Tony meminum kopinya dan mengambil sebatang rokok yang
siap dia bakar dan melanjutkan tanggapannya.
"Boleh aku merokok ? Terimakasih, aku ingat garis
besar biografi keluarga William. Mereka adalah keluarga keturunan kerajaan
Inggris bukan ? Seingatku, William I pergi bersama Kapten James Cook dalam
ekspedisi Australia. Mereka yang berlabuh di New South Wales secara tidak
sengaja pada waktu itu, menamakan daratan itu dengan nama Australia. Kapten
James Cook yang dengan segera menulis surat untuk Ratu Elizabeth I yang dengan
cepat direspon dan diperintahkan untuk kembali ke tanah Britania untuk
menceritakan tentang kisah perjalanan mereka hingga menemukan daratan baru itu.
Tapi William I tidak bergabung dengan Kapten James Cook untuk kembali berlayar
pulang dengan alasan ingin melakukan penelitian. Mendengar niat William, Kapten
Cook berjanji akan kembali lagi untuk menjemputnya dengan alasan seorang kapten
tidak akan pernah meninggalkan awaknya. Hari silih berganti dan Australia
semakin ramai dikunjungi oleh bangsawan Inggris. Tapi William tetap menunggu
Kapten Cook untuk menjemputnya sampai akhirnya William berhasil menemukan
tambang emas di daratan tersebut. Begitu senangnya dia sampai dia menitipkan
sepucuk surat yang berisikan tentang penemuan tersebut untuk sang Ratu kepada
kapten kapal dari Inggris yang sedang berlabuh disana. Bukannya sebuah balasan
yang datang, tapi malah banyak imigran dari tanah Eropa datang untuk mengeruk
keuntungan dari penemuan tersebut. William yang tetap berfikir positif akan
kedatangan Kapten Cook yang akan menjemputnya, merasa di khianati oleh
keputusan Kerajaan yang menjadikan daratan tersebut menjadi daratan penjara.
Bahkan William yang mengaku menemukan tambang emas tersebut malah di jebloskan
ke dalam tahanan itu. Dendam William atas pengkhianatan kepada dirinya seakan
menjadi kekuatan untuk bertahan di dalam tahanan tersebut. Saat dia keluar, dia
menikah dengan seorang wanita keturunan Portugis dan mengaku sebagai keturunan
campuran Aborigin dan mempunyai keturunan dengan nama yang selalu sama"
Ibu Malik mengeluarkan pertanyaan atas cerita Tony.
"Apa mungkin William X adalah keturunan kesepuluh
dari William I ?"
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bukan ?
George Washington yang cuma bermodalkan kejujuran saja bisa menjadi Presiden
pertama Amerika Serikat". Tony mematikan rokoknya setelah menjawab
pertanyaan Ibu Malik.
"Jika dendam itu masih ada di dalam tubuh keluarga
William, apa mungkin dia akan membantu negara yang telah mengkhianatinya
?". Rian mulai berargumen
"Disinilah titik yang menegangkan dari misi ini.
Waktu yang akan menjawab semua ini, atau bahkan waktu akan mengungkap bahwa
cerita saya barusan salah besar". Tony kembali membakar rokoknya.
"Aku akan membela kebenaran karena aku tidak akan
mati semudah itu. Aku punya partner tim yang ahli dalam kamuflase, hal itu akan
memudahkan penelitian terakhirku". Pak Malik mulai membicarakan satu
rahasianya di depan tim dan Ibu Malik menambahkan pernyataan tersebut.
"itu benar, persetan dengan keluarga William.
Penelitian kami yang terakhir mungkin akan menjadi warna baru dalam inovasi
pengembangan sistem pertahanan Negara ini. Kami sedang merekayasa tumbuhan
berbunga yang cukup cantik tapi mematikan seperti pada zaman jurassic dulu.
Tumbuhan itu akan menjadi gerbang selamat datang untuk para tentara yang datang
lewat jalur laut. Tumbuhan itu akan mengeliminasi mereka dengan cara yang
mengerikan. Tapi, rencana itu akan berjalan apabila bom itu gagal dieksekusi.
Karena kelemahan terbesar dari tanaman itu adalah radioaktif nuklir"
"Sama seperti kalian, aku juga tidak akan mati
semudah itu karena ada yang menunggu di Kuta sana. Bermodalkan itu dan kalian,
aku berjanji akan memberikan komando untuk menggagalkan peluncuran bom
itu", dengan bersemangat Rian mulai membuka jalan untuk tetap optimis akan
persentase keberhasilan mereka.
Pilot pesawat ternyata sudah menyatakan bahwa pesawat akan
segera mendarat dengan sebuah tanda bergambar sabuk pengaman telah dinyalakan.
Dengan cepat mereka kembali ke kursi mereka untuk memasang sabuk pengaman
mereka. Dengan cepat mereka mencari sepucuk kertas yang dimaksud dalam surat
itu. Setelah menemukannya, mereka sama sekali tidak membicarakan isi surat
tersebut karena tertulis tulisan "Sangat Rahasia" di depan kertas
itu.
"Sepertinya perjalanan ini terkesan lebih cepat dari
biasanya", Tony berujar sambil memasang sabuk pengamannya.
"Pesawat ini adalah pesawat jet, jelas jarak tempuh
perjalanan lebih cepat daripada pesawat biasa", sambung Pak Malik yang
telah selesai memasang sabuk pengamannya.
"Tony itu adalah orang cerdas luar biasa, tapi kenapa
perilakunya seperti orang bodoh ?"
"Mungkin itu pembawaan Pak Tony kalau sedang gelisah,
atau dia lebih menyukai menyembunyikan fakta atas dirinya sendiri ?",
jawab Rian dengan polosnya.
"Sepertinya itu adalah kejujuran yang datang secara
tidak sengaja. Dengan kata lain, dia terkadang akan terlihat seperti orang
bodoh", sambung Pak Malik sambil tersenyum. Kemudian terdengar suara
pramugari pesawat yang mengumumkan pendaratan mereka.
"Pesawat telah mendarat di Bandara Internasional
Soekarno-Hatta. Silahkan lepas sabuk pengaman anda dan perhatikan barang bawaan
anda. Terimakasih telah bergabung dalam penerbangan kami"
Dengan berakhirnya pengumuman itu, sampailah mereka di
tempat yang di tuju sebelum berangkat ke tempat selanjutnya.
"Sepertinya kita harus berpisah disini", Rian
kembali membuka percakapan di antara mereka.
"Apa itu sebuah kalimat perpisahan ? Nanti malam kita
akan bertemu lagi kawan", jawab Tony dengan santai.
"Kali ini kamu benar Tony, kita tidak akan berpisah
lebih dari 12 jam", Pak Malik menambahkan.
"Maaf, kalian semua benar, buat apa aku mengucap
seperti itu ? Mari kita bergegas menuju hotel masing-masing", jawab Rian
sekenanya.
"Sudahlah kawan jangan difokuskan sekali misi ini,
sekarang nikmatilah liburan kita yang sebentar ini. Jakarta merupakan kota
hebat, aku akan bersenang-senang di DuFan setelah dari hotel nanti. Tolong
jangan ganggu aku ya. Aku tidak sabar dengan kota ini jadi aku pergi lebih
dahulu. Sampai nanti semuanya", Tony pergi sambil memakai kacamatanya dan
kembali membakar rokok kesukaannya itu.
"Orang itu aneh", Ibu Malik berkomentar,
"Kita akan perlu orang santai seperti dia di dalam
tim ini. Lagipula perkataan dia benar, agar identitas kita semua tetap aman
kita harus sebisa mungkin menjadi turis domestik. Untuk itu aku akan menyusul
dia. Sampai nanti", Rian membenarkan tindakan Tony dan pergi setelahnya.
"Mungkin aku akan memilih Rian daripada kamu apabila
umur kami sama", Ibu Malik berkomentar lagi di depan suaminya.
"Bisakah kamu sedikit mensyukuri pemberian Tuhan
?", Pak Malik mulai terganggu dengan komentar istrinya.
"Sudahlah lupakan, ayo kita menjadi turis seperti
mereka", Ibu Malik mulai melangkah meninggalkan suaminya dengan barang
bawaan yang mereka bawa.
"Dasar perempuan, aku sendiri bingung kenapa harus
menikahinya ?"
Akhirnya mereka semua mulai pergi menuju hotel yang akan
mereka jadikan tempat istirahat selama berada di Jakarta.
Rian berjalan menuju lapangan parkir untuk mencari agen
yang dimaksud oleh surat itu. Nampaknya kali ini lebih sulit dari sebelumnya
karena Soetta hari ini cukup ramai pengunjung. Rian lebih memilih untuk
menunggu di halte bus daripada harus berkeliling untuk mencari. Dia menulis
namanya di sebuah kertas yang cukup besar agar agen tersebut mudah untuk
menemukannya. Benar saja, selang 3 menit kemudian ada orang dengan postur
tinggi besar dengan jas hitam dan kacamata hitam menghampirinya dan mulai
bertanya dengan suara pelan, berat tapi tidak menghadap kepada Rian.
"Kode ?"
Rian cukup kaget mendengar suara orang itu, tapi dengan
nada santai Rian menjawab.
"Bhinneka Tunggal Ika"
Tanpa diduga oleh Rian, orang bertubuh besar itu seketika
berubah menjadi sangat ramah kepada Rian setelah mendengar kode tersebut.
"Maaf Pak Rian Permana, tadi saya harus ke toilet
jadi tidak bisa menjemput anda di gerbang kedatangan"
"Itu bukan masalah besar. Nanti setelah dari hotel
apa anda bisa mengantar saya berkeliling kota ? Saya sangat ingin melihat
kemacetan lalu lintas Jakarta yang sudah melegenda itu", jawab Rian dengan
candaan ringan.
"Itu tidak bisa Pak Rian karena tugas saya hanya
sebatas menjaga anda selama perjalanan ini. Jadi, saya sama sekali tidak bisa
membahayakan keselamatan anda dengan melakukan hal itu. Sebisa mungkin anda
harus bertemu orang yang selalu berbeda selama berada disini. Itulah perintah
Pak Presiden saat memberikan tugas ini kepada saya. Saran dari saya, lebih baik
anda menggunakan taksi daripada harus menggunakan fasilitas mewah dari Istana
karena misi awal anda adalah misi penyamaran untuk keselamatan anda
sendiri", jawab agen tersebut untuk menolak ajakan Rian.
"Benar apa yang anda katakan, lebih baik saya terus
menyamar daripada harus memamerkan keberadaan saya sendiri di muka umum. Bisa
kita jalan sekarang ? Aku sudah mulai lapar karena lupa sarapan"
"Tentu bisa Pak Rian"
Tapi tiba-tiba orang itu langsung menundukkan kepalanya
dan kemudian mengatakan hal yang sama sekali tidak pernah Rian kira-kira.
"Tolong selamatkan kami semua dari ancaman perang
itu. Jadilah bagaikan sebuah lilin yang siap untuk digunakan pada malam
yang gelap gulita"
"Aku akan membuat situasi yang dimana aku tidak akan
terbunuh. Karena jika aku tidak terbunuh, kalian semua juga tidak akan
terbunuh. Kita akan saling membantu pada akhirnya. Tolong latih jiwa sosial
anda dari sekarang untuk hal terburuk nanti"
"Siap ! Perintah anda adalah sama dengan perintah
Kementerian Keamanan. Jadi saya terima perintah itu ! Mari silahkan mobil itu
ada disebelah sana Pak"
Agen tersebut mulai mengangkat barang bawaan Rian untuk
dibawa menuju mobil mereka.
"Itu dia mobilnya, sebentar saya bukakan
pintunya"
Pada saat sang agen sedang mencari kunci mobilnya,
tiba-tiba mobil itu meledak dengan dahsyatnya.
"Booooooom !!"
"Awas Pak Rian", dengan cekatan agen tersebut
melompat untuk melindungi Rian.
"Kode merah, kode merah, mobil kami diledakkan oleh
teroris yang tidak diketahui keberadaannya. Sial tidak ada respon dari
pusat"
Agen tersebut langsung mengeluarkan pistol untuk
berjaga-jaga terhadap serangan yang tidak terduga selanjutnya.
"Maafkan saya Pak Rian perjalanan anda bersama saya
kurang menyenangkan"
Rian yang masih kaget akan kejadian tersebut lebih memilih
untuk diam. Serangan selanjutnya-pun tiba, kali ini adalah suara tembakan dari
arah utara dan menuju langsung ke arah mereka.
"Dor, dor, dor, dor, dor !!"
"Awas Pak, tempat ini tidak aman. Cepat bersembunyi
dan saya akan melindungi anda !". Agen tersebut mendorong Rian dengan kuat
hingga terjatuh dan membalas tembakan itu.
"Dor, dor, dor !!"
"Kode merah, kode merah ini bukan latihan, ada teror
untuk kami disini disertai baku tembak"
Masih tidak ada jawaban dari pusat dan akhirnya agen
tersebut membuang alat komunikasi itu. Beberapa saat kemudian dia bisa melihat
teroris tersebut dan mulai memburunya.
"Sepertinya sekarang aku harus beraksi sendiri.
Ternyata orang yang bernafsu untuk membunuh kami adalah orang kulit putih, aku
akan membunuhnya terlebih karena mengganggu perjalanan kami"
"Dor, dor, dor, dor !!".
Satu tembakan jitu sang agen tepat menuju dada sebelah
kanan teroris itu dan mengakhiri baku tembak tersebut.
"Pergilah ke neraka!"
"Dor !!"
Agen yang merasa telah berhasil melumpuhkan lawan,
langsung berdiri untuk memberitahukan kondisi sekarang sudah aman.
"Pak Rian saya telah berhasil melumpuhkan lawan,
sekarang keadaan sudah aman"
Saat Rian mulai berdiri dan melihat sekitarnya, ternyata
teroris itu cukup sanggup berdiri. Sambil tersenyum bangga melepaskan satu
tembakan ke arahnya.
"Dor !!"
Agen yang mendengar suara tersebut langsung melompat untuk
menjadi tameng hingga peluru liar itu tepat mengenai lehernya.
Polisi bandara yang datang setelah mendengar insiden
ledakan bom dan baku tembak tersebut langsung menembak teroris tersebut dengan
tembakan yang membabi buta.
Suasana yang ramai itu dengan cepat berubah menjadi
hening. Orang-orang yang melihat kejadian itu hanya bisa bilang.
"Ya Tuhan, kasihan orang itu"
Rian yang tersadar akan kejadian barusan dan mengangkat
tubuh agen itu dan kemudian agen itu berkata.
"Sekali lagi saya minta maaf karena perjalanan ini
sangat tidak menyenangkan, ini terasa sangat sakit dan mungkin saya akan mati
disini. Bagaimana dengan teroris itu, apa saya berhasil melumpuhkannya ? Dia
adalah musuh yang cukup kuat dari semua musuh yang sudah saya lumpuhkan selama
ini".
"Sudah, sudah anda jangan banyak bicara. Seseorang
tolong hubungi ambulance, teman saya akan mati kehilangan banyak darah !"
Rian berteriak kepada orang-orang yang melihat kejadian
itu kemudian melanjutkan bicaranya.
"Anda tidak akan mati disini karena anda harus
mengantar saya menuju hotel itu. Lagipula saya telah memberikan perintah untuk
anda !"
"Tolong sampaikan permintaan maaf saya kepada Pak
Presiden karena tidak bisa menjalankan tugas ini sampai selesai, saya juga
minta maaf kepada anda karena tidak bisa menjalankan tugas dari anda. Teman ?
Terimakasih telah menyebut saya sebagai teman anda, itu adalah sebuah
kehormatan besar untuk saya. Sekarang adalah misi kode merah yang harus anda
jalankan sendiri. Anda harus secepatnya menuju hotel bernama 'Indo Jaya' di
kawasan Bundaran HI Jakarta Pusat dan menyebutkan kode yang ada di kertas ini.
Sungguh saya tidak kuat lagi menahan luka ini. Cepat anda pergi ! Suasana
disini sangat tidak kondusif untuk anda !"
Agen tersebut memberikan sebuah kertas berisikan kode
kepada Rian. Rian yang kebingungan langsung lari menuju taksi terdekat sambil
berteriak.
"Tolong jaga teman saya !".
Pada saat Rian baru naik ke dalam taksi tersebut,
terdengar lagi suara tembakan.
"Dor !!"
Tembakan itu tepat menuju kepala sang agen dan sekaligus
mengakhiri hidup sang agen. Ternyata itu adalah tembakan bunuh diri.
Rian hanya bisa menagis di dalam taksi yang berjalan
dengan kecepatan tinggi itu. Batinnya teriak melihat orang baik harus mati
didepan matanya sendiri.
"Kenapa harus ada korban dalam misi ini ? Kenapa anda
harus mengakhiri hidup anda ? Untuk anda agen yang tidak saya ketahui namanya
saya berjanji akan melindungi semua orang seperti anda melindungi saya dalam
insiden itu dan saya akan ceritakan kepada Presiden seperti apa anda
menjalankan tugas anda hingga anda gugur"
Tanpa terasa taksi itu telah sampai di tempat tujuan yang
Rian tuju. Setelah menyelesaikan pembayaran argo taksi, dia segera turun dan
mengambil kertas dari agen tersebut dari saku celananya. Terlihat sebuah
tulisan "Karakatau" tercantum di kertas itu.
"Sepertinya kata ini yang menjadi kode untuk misi
kode merah itu". Rian segera menghampiri meja resepsionis untuk
menyampaikan kode itu.
“Selamat datang di hotel Indo Jaya. Ada yang bisa saya
bantu ?”
"Krakatau"
"Pasti anda Rian Permana. Nampaknya kode merah ya ?
Sungguh sangat diluar dugaan kami. Silahkan anda ke lantai 8 dengan nomor 432.
Selamat menikmati istirahat anda"
BAB V :
Lingkaran Kebimbangan
Kamar yang disediakan untuk Rian sangat besar dan mewah.
Tapi Rian lebih memilih langsung menuju kamar mandi untuk membasuh mukanya
tanpa menghiraukan semua fasilitas yang ada dalam kamar tersebut. Setelah
selesai dari kamar mandi, Rian langsung memesan makanan dan teh lemon untuk
membuat dirinya merasa lebih baik.
Tanpa sengaja tangan Rian menyentuh tombol sebuah
pengendali jarak jauh televisi hingga televisi itu menyala. Tanpa diduga, acara
yang ditayangkan adalah berita tentang insiden bandara itu.
Disebutkan bahwa ada satu orang korban meninggal pada
insiden tersebut dan pelaku telah dilumpuhkan oleh polisi bandara. Tapi
lagi-lagi identitas Rian tidak dibeberkan oleh awak media yang meliput kejadian
tersebut.
Tidak lama kemudian, telepon genggam milik Rian berbunyi.
Nomor yang memanggilnya itu dirahasiakan sehingga ia tidak dapat mengetahui
siapa penelepon itu. Dengan ragu Rian menjawab telepon itu.
"Selamat pagi, ini dari hubungan rahasia Istana
Kepresidenan. Apa anda telah sampai di hotel ?"
"Iya saya telah sampai disini. Apa bisa saya
dihubungkan langsung dengan Pak Presiden ? Ada hal penting yang harus saya
bicarakan dengan beliau"
"Tentu saja, kami akan menyambung telepon ini kepada
beliau. Harap tunggu sebentar"
Hanya terdengar nada tunggu selama Rian menunggu telepon
itu disambungkan kepada Presiden. Beberapa detik kemudian terdengar suara yang
mengantikan suara operator tadi.
"Selamat pagi, apa anda selamat dari insiden itu
?"
"Saya selamat, tapi agen Bapak..."
"Apa dia menembak kepalanya sendiri ?"
"Ya, tepat menembus otaknya"
"Dia telah menjalankan misi kode merah dengan
sempurna dan bertanggungjawab"
"Kenapa anda bicara seperti itu ?"
"Karena itu adalah perintah. Mereka harus mengakhiri
hidup mereka apabila gagal mengantar kalian dengan apalagi harus terluka
parah"
"Perintah macam apa itu ?! Apa anda tidak punya hati
nurani ?"
"Tidak seperti itu. Apabila mereka tetap hidup dan
terluka parah, mereka akan menjadi bulan-bulanan awak media yang ingin bertanya
tentang kejadian itu dan apa yang mereka lindungi. Saya akan menganugerahkan
penghargaan tertinggi untuk dia"
"Dia gugur dengan cara yang sangat heroik. Cuma itu
yang bisa saya ceritakan kepada anda bagaimana cara dia melindungi saya"
"Saya mengerti akan tekanan itu. Saya harap anda
tetap tegar dan siap untuk tekanan selanjutnya"
"Saya siap melayani anda Pak Presiden"
"Terimakasih"
"Ada lagi yang ingin anda sampaikan ?"
"Ada. Kami merubah rencana karena insiden tersebut.
Kami takut musuh telah menyadap kita"
"Apa rencana itu ?"
"Pertama, bila anda mengerti cukup katakan 'Ya'.
Kedua, kita membatalkan pertemuan di Timor dan menggantinya di Istana
Cipanas"
"Ya"
"Ada tiga mobil yang akan menjemput anda nanti malam,
naiklah ke dalam mobil yang mempunyai cacat karena tergores benda tajam"
"Ya"
"Mobil itu akan jalan serentak setelah tiga orang
yang sangat mirip dengan anda naik"
"Ya"
"Mobil itu akan menjadi pengacau mata-mata mereka
karena satu diantara mereka ada yang tetap menuju ke Bandara Halim
Perdanakusuma"
"Ya"
"Semoga anda selamat sampai di Istana Cipanas nanti
malam. Sampai jumpa"
Telepon
itu terputus.
"Benar kata beliau, pasti kita disadap. Tapi dimana
benda itu dan dimana diletakannya ?"
Rian mulai mencari alat penyadap itu dan mengeluarkan
barang bawaannya dari dalam tas. Tidak satu-pun celah yang dilewatinya sampai
akhirnya ia memegang robot buatan kekasihnya.
"Eva !"
Rian segera mencari telepon genggamnya dan langsung
mencoba untuk menghubungi Eva.
"Telepon yang anda tuju sedang berada di luar
jangkauan. Tolong tinggalkan pesan setelah bunyi 'beep'"
"Tidak aktif. Bagaimana dengan mamah ?"
Rian segera menghubungi mamahnya dan terlihat wajah tenang
setelah mendengar nada sambung.
"Hallo mam, apa disana baik-baik saja ?"
"Mamah baik, bagaimana dengan pekerjaanmu ?"
"Baru akan dimulai setelah makan siang mam. Apa mamah
bertemu Eva ?"
"Mamah belum bertemunya, bahkan setelah mamah bangun
Eva sudah tidak ada"
"Begitu ya mam, ya sudah mamah baik-baik disana.
Kalau ada apa-apa segera hubungi Rian, pasti Rian langsung pulang"
"Mamah bisa jaga diri, kamu selesaikan saja
pekerjaanmu itu dan jaga kesehatan kamu"
"Baik mam, Rian sayang mamah"
"Iya mamah juga sayang kamu"
Rian memutuskan hubungan dengan ibunya dan duduk di ujung
ranjang yang ada di kamar itu. Kemudian Rian mengambil robot buatan Eva itu.
"Apa yang terjadi dengan Eva ? Mudah-mudahan dia
baik-baik saja. Nampaknya akan lebih aman bila berada disini daripada aku pergi
untuk berkeliling kota"
Sekali lagi dia melihat kearah robot buatan Eva. Wajahnya
berubah seketika setelah memperhatikan robot itu. Rian memilih berbicara dalam
hati untuk berkomentar.
"Eva membuat sebuah robot ? Dia kan sangat tidak
menyukai mata kuliah elektronik. Ada yang tidak beres disini. Mereka bisa
mengetahui dimana kami mendarat tapi tidak mengetahui dari mana kami terbang
dan insiden tidak terjadi pada pasangan Malik dan Tony. Sial, alat penyadap ini
pasti ada bersamaku. Apa mungkin robot ini ? Kalau robot ini mata-matanya,
pasti Eva dalam bahaya dan mereka pasti tahu keberadaanku sekarang karena
resepsionis menyebutkan nama hotel, lantai berapa, dan nomor berapa kamar yang
aku tempati. Situasi ini semakin buruk setiap saat. Aku harus keluar dari sini
tanpa bersuara sedikitpun"
Rian meletakan robot itu dan semua barang bawaannya dekat
dengan televisi dan menekan tombol suara dari remote control televisi dan
membuat suara itu semakin membesar. Rian berfikir dengan cara itu dia dapat
pergi tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Setelah sampai di bawah, Rian segera menitipkan kunci
kamarnya kepada resepsionis tanpa berbicara sedikitpun. Setelah memberikan
kunci kamarnya Rian segera mencari taksi dan pergi dari hotel tersebut.
“Boooooooomm !!”
Terdengar lagi suara ledakan yang sangat besar dari arah
hotel tersebut. Dapat dilihat ada kobaran api besar menyala dari lantai 8 hotel
tersebut.
"Tepat perkiraanku. Ada alat penyadap yang
membuntutiku sebelum aku tiba di Jakarta. Terimakasih Pak Presiden yang telah
mengingatkan aku bahwa ada
mata-mata"
Kamar hotel yang ditempati Rian itu-pun hancur lebur
bersamaan dengan ledakan bom tersebut. Rian sekarang mulai terbiasa dengan
rentetan kejadian teror yang dihadapinya.
“Dengan ledakan barusan aku berani bertaruh bahwa musuh
telah berasumsi aku telah tewas”
Rian tersenyum dengan keadaan sekarang. Sekarang dia
merasa cukup aman dari kejaran musuh yang selalu mengintainya.
Beberapa saat kemudian, telepon genggam milik Rian kembali
bedering. Lagi-lagi tanpa nama pemanggil. Rian kembali tersenyum karena mengira
itu adalah sebuah panggilan dari Istana Kepresidenan lagi.
Ternyata panggilan itu bukan dari Istana melainkan dari orang
yang tidak dikenal. Suara tersebut adalah suara perempuan.
“Anda memang hebat karena telah berhasil menyadari ada alat
penyadap disekeliling anda”
“Siapa anda ?”
“Jangan terlalu memperlihatkan kebodohan anda didepan kami
Rian Permana”
“Darimana anda tahu nama saya ?”
“Jelas saya mengetahui nama anda”
“Apa kalian komplotan teroris itu ?”
“Teroris ? sebuah nama yang cukup mengerikan bukan ? Anda
bisa menyebut kami dengan julukan antek-antek Sekutu”
“Pengkhianat !”
“Bisa dibilang begitu”
“Apa yang kalian cari dari mereka ?”
“Kami mencari tanah surga. Sepertinya cukup basa-basi dengan anda. Apa anda ingat
dengan Prof. Dr. William X ?”
“Tentu saja, dia adalah sahabatku !”
“Ups, sepertinya kami telah membunuh sahabat anda”
“Apa ?! William adalah sekutu kalian bukan ?”
“Tidak lagi. Dia masih mempunyai dendam dengan Inggris”
“Benar kata Tony”
“Tony ? Tony Purnama ya. Dia masuk dalam target operasi
kami juga. Tapi kami akan membatalkan misi dengan Tony karena kami telah
mendapat kelinci percobaan untuk penelitian daur ulang otak yang kami lakukan”
“Siapa lagi yang kalian tangkap ?”
“Saya sendiri”
“Memang siapa anda ? Lalu apa hubungannya dengan semua kekacauan
ini ?”
“Eva Luna”
“Eva ?!”
“Benar sekali calon suamiku”
“Kenapa kamu…”
“Dari awal aku adalah pimpinan kelompok ini”
“Sial, penyamaran yang sangat fantastis. Ternyata benar
alat penyadap itu adalah robot buatan kamu”
“Kamu memang hebat Rian. Beberapa jam lagi otakku akan
didaur ulang dan otomatis akan melupakan semua kejadian dengan kamu dan
menggantinya dengan semua ilmu pengetahuan yang ada dari seluruh dunia”
“Berikan alasan yang rasional untuk menjelaskan semua ini”
“Tidak ada penjelasan disini. Kamu akan menjadi ikan
salmon yang gagal untuk sampai di hulu sungai. Sampai bertemu lagi”
Sambungan telepon itu-pun terputus.